Bid’ah Itu Apa Sih?

quran-androidArrahmah.com - Banyak orang yang ‘galak’ dan sedikit-sedikit mengecam bid’ah. Dan kata mereka, bid’ah itu syirik, bahkan pelakunya mereka kafir-kafirkan. Bid’ah itu, konon ‘segala sesuatu perbuatan yang tidak dicontohkan Nabi, sehingga tidak boleh dilakukan oleh umat sepeninggalnya’.

Benarkah demikian? Secara logika saja, terasa aneh. Betapa banyak perbuatan yang dulu tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW, tetapi kita lakukan sekarang. Misalnya, baca Quran dengan iPad atau tablet; atau sholat di atas pesawat terbang (musafir). Ya kan?

Para penuntut ilmu yang pernah mengkaji ilmu Ushul Fiqih tentunya mengetahui bahwa perkara-perkara yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad SAW itu TIDAK OTOMATIS menjadi haram.

Adapun dalilnya antara lain adalah:

1.Dalam Ushul Fiqih, dalil yang menunjukkan larangan ditunjukkan dengan tiga hal:
a.Shighot Nahi, (bentuk kalimat larangan) seperti :
-Dan janganlah kalian mendekati zina
-Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.
Larangan dengan sighot Nahi tsb berindikasi Haram namun terkadang bisa berindikasi Makruh.

b.Lafadz Tahrim, (lafazh yang menunjukkan keharaman ) seperti :
Diharamkan atas kalian bangkai

c.Dzammul Fi’li (adanya celaan atas perkara tersebut, atau adanya ancaman siksa bagi pelakunya), contoh :
Barang siapa memalsukan maka ia bukan termauk golonganku .

2.Firman Allah SWT dalam al-Quran :
“Apa yang diberikan Rasul bagimu terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS Al Hasyr:7)

Dari ayat di atas, perkara yang harus kita jauhi adalah perkara yang dilarang Rasulullah, dan bukan perkara yang ditinggalkan Rasulullah, karena Allah tidak menyatakan [dan apa yang ditinggalkan Rosul maka tinggalkanlah]. Artinya, kalau sudah jelas dilarang, maka itu yang tidak boleh kita lakukan. Bila tidak ada larangan apapun, meski Rasulullah tidak pernah melakukannya, kita boleh saja melakukan. Misal, Rasulullah tidak melarang naik pesawat terbang, tapi beliau tidak pernah naik pesawat terbang. Artinya, kita boleh dong, naik pesawat.

3.Rasulullah SAW bersabda :
“Apa-apa yang aku cegah atas kalian maka jauhilah (tinggalkanlah), dan apa-apa yang aku perintahkan pada kalian kerjakanlah semampu kalian “ (HR. Bukhori Muslim)
Sebagaimana ayat di atas (pada point 2) dalam hadits di atas Rasulullah SAW tidak mengatakan [dan apa-apa yang aku tinggalkan maka jauhilah].

4.Rasulullah SAW bersabda :
“Dan apa yang telah dihalalkan Allah Swt maka dia adalah halal, dan apa yang telah diharamkan Allah maka dia adalah haram, sedang apa yang Allah diam darinya (tidak membicarakannya) maka dia adalah boleh” (HR, Abu Dawud, Al Baihaqi)

5.Para Ulama’ Ushul mendefisikan sunnah adalah: perkataan, perbuatan, dan atau ketetapan Rasululloh SAW. Dan mereka tidak mengatakan at-Tark (apa yang ditinggalkan Nabi) termasuk sunnah.

Jika sudah mengetahui ilmunya, tetapi kemudian masih bersikap keras kepala mengharamkan setiap perkara yang tidak dilakukan / tidak dicontohkan Nabi Muhammad SAW, maka mereka adalah termasuk para penjahat yang melakukan kejahatan terbesar, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

“Sebesar-besar kejahatan muslimin (pada muslim lainnya) adalah yang mempermasalahkan suatu hal yang tidak diharamkan, namun menjadi haram sebab ia mempermasalahkannya” (Shahih Bukhari)


(Dikutip dari islam-institute.com)

diambil dari: LIPUTANISLAM

Hizbullah Gelar Manuver Hadapi Takfiri di Dahiya, Beirut

Arrahmah.com - Hizbullah, Lebanon menggelar manuver militer sebagai upaya pencegahan dan untuk menghadapi aksi-aksi teror di negara itu.

Media-media Lebanon, hari ini, Rabu (29/1) mengumumkan, Hizbullah menggelar sebuah manuver militer di Dahiya, Selatan Beirut. Dalam manuver itu pasukan Hizbullah berlatih mencegah terjadinya aksi-aksi teror, menghadapi para teroris Takfiri pelaku peledakan, membantu korban dan melindungi warga Lebanon.

Dalam beberapa hari terakhir, setelah rencana beberapa aksi teror secara bersamaan di Dahiya, Beirut terungkap, Hizbullah menggelar manuver ini.

Omar Al Atrash, Syeikh Takfiri yang dituduh terlibat dalam sejumlah aksi teror dan saat ini berada di tangan militer Lebanon, mengakui serangan teror yang dilakukan terhadap Hizbullah dan wilayah Dahiya, Selatan Beirut.

Sumber-sumber Hizbullah, Lebanon menekankan, perang melawan Takfiri adalah kewajiban nasional dan tidak terbatas pada satu kelompok atau mazhab tertentu saja. Menurut mereka manuver tersebut sukses dilaksanakan. 


Wilayah-wilayah Lebanon termasuk Dahiya di Selatan Beirut akhir-akhir ini terus menjadi sasaran ledakan-ledakan teror, akibatnya ratusan orang tewas dan terluka. (*)

SUMBER: IRIB

Hubungan Sunni-Syiah, Damai dalam Perbedaan yang Dialogis

Arrahmah.com ~ Akhir-akhir ini kita dibingungkan dengan slogan yang bermacam-macam terhadap Syiah. Entah dengan slogan "Syiah Kafir", "Syiah Sesat Menyesatkan", atau bahkan "Syiah Bukan Islam". Dan yang sedang gencar digalakan oleh saudara-saudara kita dari Salafi-Wahabi adalah membagi-bagikan gratis sebuah buku tentang kesesatan Syiah yang diatasnamakan fatwa resmi MUI. Lalu bagaimanakah sebenarnya sikap para ulama kita terhadap Syiah?

A.    Pernyataan Para Ulama Sunni terhadap Syiah

1.    Risalah Amman, “Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat madzhab Ahlussunnah (Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali), dua madzhab Syi’ah Ja’fariyyah dan Zaidiyyah, madzhab Ibadhiyyah dan madzhab Dzahiriyyah adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf  (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati.” (ammanmessage.com)

2.    Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat): “Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam.” (rakyatmerdekaonline.com)

3.    Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj (Ketua Umum PBNU): “Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. Di universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat.” (tempo.co)

4.    Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah): “Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama Muslim.” (republika.co.id)

5.    KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur): “Syiah itu adalah NU plus imamah dan NU itu adalah Syiah minus imamah.”

6.    Prof. Dr. Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah/Ketua MPR RI ): “Sunnah dan Syiah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.” (satuislam.wordpress.com)

7.    Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): “Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan, dari masa sahabat, karenanya akidahnya sama, al-Qurannya dan nabinya juga sama.” (republika.co.id)

8.    Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah): “Kalau Syiah di kalangan madzhab, dianggap sebagai madzhab kelima.” (okezone.com)

9.    Marzuki Alie (Ketua DPR RI): “Syiah itu madzhab yang diterima di negara manapun di seluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syiah adalah aliran sesat.” (okezone.com)

10.    KH Nur Iskandar SQ (Ketua Dewan Syuro PPP): “Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah.” (inilah.com)

11.    KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia): “Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermadzhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.” (tempointeraktif)

12.    Syaikh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama Sunni mengatakan: “Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai madzhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak: “Tidak ada Sunni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka: “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah!” Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah-belah. Bisakah Anda membayangkan, kita Sunni adalah 90% dari Muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”

B.    Kisah Teladan Syaikh Ahmad Deedat dengan Ulama Syiah, Dakwah Sejuk Tanpa Caci-maki

Alkisah, suatu hari pernah diadakan diskusi antara 7 ulama Syiah dengan 7 ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Di tempat dan waktu yang terbatas, ulama-ulama Syiah telah hadir. Namun tak ada satu pun ulama Ahlussunnah yang datang.

Tiba-tiba masuklah seseorang dengan membawa sepatu di bawah ketiaknya. Ulama Syiah terheran-heran, kemudian mereka bertanya: “Kenapa kamu membawa sepatumu?”

Orang itu pun menjawab: “Saya tahu bahwa orang Syiah itu suka mencuri sandal di zaman Rasulullah Saw.”

Ulama Syiah saling pandang terheran-heran. Lalu mereka berkata: “Tapi di zaman Rasul belum ada Syiah.”

Orang itu menjawab lagi: “Kalau begitu diskusi telah selesai. Dari manakah datangnya ajaran agama kalian kalau di zaman Rasulullah Saw. tidak ada Syiah?”

Orang yang datang membawa sepatu tersebut adalah Syaikh Ahmad Deedat.


Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 29 Januari 2014

Derita Dua Kota Syiah yang Dikepung di Suriah

kota nabal zahraArrahmah.com — Sebelum ini ada berbagai laporan tentang dua kota Syiah bernama Nabal dan Zahra di Suriah. Penduduk dua kota ini dikepung selama 730 hari hingga kini oleh pasukan pemberontak. Satu-satunya kesalahan mereka adalah status mereka sebagai Syiah, yang merupakan dosa tak terampuni bagi pemberontak. Kebutuhan-kebutuhan paling mendasar sekalipun tak bisa diperoleh mereka.

Dokumen-dokumen menunjukkan, dua kota terlupakan ini telah mengalami banyak penderitaan hingga kini. Hadi, salah satu warga yang berhasil lolos dari kepungan, berkata bahwa pasca jatuhnya Aleppo dan dikuasainya Ghazi Antab oleh pemberontak, dua kota ini dikepung karena motif perbedaan mazhab.

Hadi mengatakan, ”Awalnya, warga hanya kesulitan mendapat makanan. Tapi kemudian, hampir semua barang menjadi langka. Kami mencatat banyak kematian anak-anak akibat kekurangan makan di masa itu.”

Tiga bulan setelah pengepungan, sebuah perlintasan menuju keluar dibuat di kawasan Ifrin. Hingga dimulailah penyelundupan bahan makanan ke dua kota Syiah ini melalui jalan tanah. Banyak dari warga yang membawa makanan melalui perlintasan ini dengan risiko nyawa mereka.

Kondisi ini tak berlangsung lama. Aliansi kaum Kurdi di utara Suriah dengan pemberontak menyebabkan jalur ini tertutup kembali. Beberapa lama kemudian, pemerintah Suriah memperbaiki hubungan dengan kaum Kurdi dan membawa pengaruh positif bagi warga dua kota ini. Dengan dimulainya pertempuran antara kaum Kurdi dan pemberontak di Hay Ashrafiyah, jalur penyelundupan ini kembali terbuka. Warga lalu memanfaatkannya sebagai sumber tunggal mendapatkan bahan makanan, meski dengan harga yang sangat mahal. Bahan makanan yang diperoleh pun hanya terbatas dan tidak mencukupi semua kebutuhan warga.

Ummu Raghib, seorang warga lain kota ini, juga bercerita tentang derita selama pengepungan. Ia berkata, ”Pengepungan ini terus berjalan dan membuat kami terpaksa memakan rerumputan di atas kendaraan kami. Anak-anak kami mati kelaparan. Cucu saya sendiri mati di depan mata saya. Dia berjuang selama sebulan lebih melawan rasa lapar, tapi dia baru berusia 11 bulan dan tak kuat menahan lapar hingga akhirnya mati.” Sambil tersenyum dan mengusap air mata, Ummu Raghib berkata, ”Dengan berkah Sayyidus Syuhada, kami menganggap dia mati syahid.”

Tentang musibah yang menimpa 63 wanita kota ini, Rabi`, seorang pemuda berusia 17 tahun, berkata, ”Jika mereka telah syahid, kami akan menziarahi kubur mereka dan tiap pagi membacakan Fatihah buat mereka. Tapi kami tak tahu nasib mereka sekarang.” Dia bercerita bahwa kadang kala, warga kotanya diculik. Kasus terbaru adalah diculiknya 63 wanita dan anak-anak oleh kaum pemberontak. “Mereka dibawa dengan bis menuju kawasan-kawasan yang diduduki pemberontak,” jelasnya.

Abu Muhammad mengatakan, ”Jika kami tidak mati kelaparan, kami akan mati oleh peluru dan mortir. Kematian bukan sebuah hal aneh bagi kami. Tiap hari, kami melihat korban yang tewas akibat tembakan mortir di rumah-rumah. Kebanyakan mereka adalah anak-anak. Bertahun-tahun lalu, kami hidup bersama dengan tetangga kami dari kalangan Ahlussunnah. Sebelum kemunculan Front An-Nusra dan ISIL, kondisi tidak seburuk ini. ISIL-lah yang memfatwakan pengepungan kami.”


Dia menyatakan, ratapan anak kecil dan wanita adalah senandung kematian yang mengalun tiap pagi di gang-gang kota ini.(ABNA)

SUMBER: LIPUTANISLAM

Rouhani: Masa Depan Suriah di Tangan Rakyatnya


Arrahmah.com - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat memutuskan masa depan negara mereka melalui pemilu.
Rouhani: Masa Depan Suriah di Tangan Rakyatnya
presiden iran- Hassan Rouhani







Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat memutuskan masa depan negara mereka melalui pemilu.

Presiden Rouhani pada Jumat (24/1/14) mengatakan bahwa kalau ada yang berpikir bahwa mereka dapat memutuskan masa depan rakyat Suriah dari luar, maka mereka telah membuat kesalahan.

"Masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyatnya. Medan dan tanah negara harus disiapkan, sehingga tuntutan rakyat dapat terpenuhi dalam pemilihan umum yang bebas, "ujar Rouhani.

Presiden Iran membuat pernyataan di Airport Mehrabad Teheran, setalah ia datang dari pertemuan World Economic Forum (WEF) di kota Davos, Swiss.

Rouhani juga menyatakan bahwa krisis di Suriah hanya dapat diselesaikan jika ada tekad bulat untuk melawan terorisme di negara itu, dan menekankan untuk menangani kebutuhan kemanusiaan bangsa Suriah dan mempersiapkan dasar untuk dialog antara pemerintah Suriah dan oposisi.

Presiden Iran menunjuk konferensi internasional yang sedang berlangsung di Jenewa dan berkata, " Saya tidak berpikir krisis Suriah dapat diselesaikan melalui konferensi tersebut.(*)

SUMBER: ISLAMTIMES


Al-Qaeda di Libanon Ancam Hizbullah

Arrahmah.com - "Pangkalan dan benteng Hizbullah adalah target sah bagi kami, di manapun mereka berada," kata pernyataan itu.
Ahmad al-Assir, pemimpin Takfiri Lebanon
Ahmad al-Assir, pemimpin Takfiri Lebanon








Kelompok al-Qaeda di Libanon mengeluarkan ancaman terhadap gerakan perlawanan Hizbullah.

Kelompok Front al-Nusra di Libanon mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting online hari Jumat (24/1/14) bahwa mereka akan melanjutkan serangan terhadap Hizbullah.

"Pangkalan dan benteng Hizbullah adalah target sah bagi kami, di manapun mereka berada," kata pernyataan itu.

Pernyataan kelompok teroris itu muncul tiga hari setelah mereka mengaku bertanggung jawab dalam serangan bom mobil yang menewaskan empat orang dan melukai banyak lainnya di daerah Haret Hreik, pinggiran selatan Beirut.

Beirut dilanda beberapa serangan bom mematikan dalam beberapa bulan terakhir ini.

Setidaknya 25 orang, termasuk atase kebudayaan Iran untuk Beirut, Hujjatoleslam Ebrahim Ansari, tewas dan 150 lainnya terluka bulan November 2013 setelah dua ledakan menghantam kawasan sektar Kedubes Iran di Beirut selatan. Brigade Abdullah Azzam, 
mengaku bertanggung jawab dalam serangan tersebut.[*]
http://www.islamtimes.org/images/docs/files/000344/nf00344742-1.jpg

SUMBER: ISLAMTIMES

Pentingnya Keilmuan dan Akhlak Menurut Imam Khomeini ra


Suatu hari kami bersama sejumlah ulama besar Qom menemui Imam Khomeini ra. Dalam pertemuan itu ada pembicaraan tentang Hauzah Ilmiah Qom. Seorang ulama besar Qom yang dihormati semua orang berkata kepada Imam Khomeini ra agar beliau memperhatikan Hauzah Ilmiah Qom.


Pada waktu itu Imam menjawab, "Hal yang seperti itu tidak terlalu penting. Selama kalian memperhatikan dua unsur penting di Hauzah Ilmiah Qom, maka semua akan beres; pertama adalah kelimuan, saya pikir ucapan beliau waktu itu demikian, kalian harus waspada sehingga api keilmuan tidak sampai padam, dan kedua akhlak dan mensucikan diri. Selama kita mensucikan diri, maka kita akan mampu meletakkan diri kita untuk melayani Islam dan negara Islam. Tapi bila kita tidak melakukannya, maka apa saja yang kita miliki tidak akan dapat melayani Islam, bahkan mungkin saja yang terjadi adalah sebaliknya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Madhe Khourshid; Gozideh-i az Khaterat Hazrate Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Darbare-ye Shakhsiyat-e Imam Khomeini ra, Rahbar-e Kabir-e Engqhelab Eslami, Entesharat Enqelab Eslami, 1391 HS, Tehran, cetakan pertama.

SUMBER: IRIB

Kiai Sahal : Negara Jangan Intervensi Agama

29980_620 Arrahmah.com, Pati– Ketua Umum Suriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Sahal Mahfudz meninggal dunia pada Jumat, 24 Januari 2014 dinihari. Kiai kharismatik yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini meninggal pada usia 77 tahun di kediamannya, kompleks Pesantren Maslakhul Huda, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Beliau sempat dirawat di RS Kariadi Semarang, Jawa Tengah, karena gangguan jantung dan paru-paru yang sudah lama dideritanya.
Kiai Sahal terlahir dengan nama Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd Salam Alhajaini dari pasangan Kiai Mahfudz bin Abd Salam Alhafidz dan Hj Badi’ah. Ia lahir di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, pada 17 Desember 1937. Kiai Sahal merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.
Kiai Sahal lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan mengabdi di pesantren. Kiai yang dikenal dengan pemikiran fikih sosialnya ini pertama kali terpilih sebagai Ketua Rais Aam dalam Muktamar XXX NU di Lirboyo, Kediri, 26 November 1999.
Dedikasinya kepada pesantren, masyarakat, dan ilmu fikih tidak pernah diragukan. Ia menguatkan tradisi dengan ketundukan mutlak pada ketentuan hukum dalam kitab-kitab fikih ditambah keserasian dengan akhlak yang diajarkan dari ulama tradisional. Dalam istilah pesantren, semangat tafaqquh (memperdalam pengetahuan hukum agama) dan semangattawarru’ (bermoral luhur).
Minat baca Kiai Sahal sangat tinggi. Terbukti beliau punya koleksi 1.800 buku di rumahnya. Meskipun orang pesantren, bacaannya cukup beragam, seperti tentang psikologi hingga novel detektif. Walhasil, belum genap berusia 40 tahun, dirinya telah menunjukkan kepintarannya dalam forum fikih. Ia juga pernah dianugerahi gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dalam bidang pengembangan ilmu fikih serta pengembangan pesantren dan masyarakat pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kiai Sahal adalah pemimpin pesantren Maslakul Huda Putra sejak 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya, K.H. Mahfudz Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kiai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU. Sikapnya yang menonjol ialah mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya melalui pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Kiai Sahal juga menegaskan, sejak awal berdirinya NU, warga NU yang merupakan bagian dari masyarakat madani berada pada kutub yang berseberangan dengan negara. Kiai Sahal mencoba mempertahankan tradisi tersebut. Saat itu, konteksnya adalah naiknya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden RI.
Dia pun menyatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam hal agama. Menurut dia, pemerintah sebagai pengayom memang bertanggung jawab, berhak, dan berkewajiban membina, memberi fasilitas untuk semua agama, tapi jangan intervensi terlalu jauh sebab itu hubungan manusia dengan Tuhan.
Perihal Pancasila, dia menyatakan itu bukan ciri, tetapi visi. “Identitas artinya ciri intrinsik yang melekat pada sesuatu yang dicirikan. Identitas bangsa banyak dibicarakan orang, tetapi tidak banyak dikupas. Bila identitas bangsa sudah ditetapkan, daerah boleh memiliki ciri khasnya dengan koridornya tetap identitas bangsa.
Kiai Sahal menikah dengan Hj Nafisah binti KH Abdul Fatah Hasyim, pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang pada 1968. Pasangan ini memiliki putra bernama Abdul Ghofar Rozin.
Sumber : tempo
SUMBER: satuislam

Kelompok Teroris DIIS Akan Segera Membom Kota-Kota Turki

Sumber-sumber di Suriah menyatakan, para teroris anggota kelompok Daulah Islam fi Iraq wa Syam (DIIS) dalam waktu dekat akan melancarkan serangan bom di Turki.

Tasnim News (23/1) mengutip Al-Qods Al-Arabi melaporkan, para teroris DIIS akan segera melancarkan serangan bom di kota dan wilayah perbatasan Turki.

DIIS akan menarget kota yang berpopulasi besar di wialyah perbatasan antara Turki dan Suriah. DIIS akan mengguankan bahan peledak C-4. (*)

SUMBER: IRIB

Absurditas Takfiri

Inilah Takfiri. Mereka percaya pada hal-hal yang sama sekali sulit dijelaskan. Mereka percaya pada konspirasi global untuk membabat mereka, melalui anasir internal dan eksternal.

Pertanyaan: Mengapa kita harus percaya pada hukum kausalitas? Mengapa kita mesti percaya bahwa sebab A akan melahirkan akibat A dan demikian seterusnya?

Baik. Kita ambil sederhananya saja: Sebab hanya melalui kausalitas inilah kita dapat memahami alam beserta segenap gejala dan peristiwa di dalamnya. Tanpa hukum ini nyaris mustahil kita memaknai dan memahami apapun. Segalanya menjadi tak berarti, acak-acakan, berantakan, buram, leleh dan rembuh rembai. Bak orang bercermin di kaca yang rengat atau melihat pemandangan yang sangat kabut. Tanpa hukum alam ini mungkin kita bakal mendinginkan tubuh justru dengan api atau menggoreng roti dengan air.

Nah, mereka yang memandang dunia seperti itu melihat segalanya buram dan tak ada fokus. Biasanya orang seperti ini bakal mati-matian menegaskan yang tidak tegas, meyakin-yakinkan sesuatu yang mereka bayangkan dan melakukan sugesti yang kuat agar dapat meraba-raba keburaman yang terpaksa dia lalui. Jika Anda mendengar pernyataan atau membaca tulisan mereka, maka Anda seperti sedang menyelami lautan gelap di negeri antah berantah yang tidak bertepi. Logika nyaris tidak bermakna di sana, seperti tidak bermaknanya usaha mengajak bicara umbi-umbian. Manusia waras takkan mampu memasuki dunia ini kecuali ikut larut dalam kegilaannya. Inilah intisari jahiliah. Allah pun menyuruh Nabi-Nya dan kaum beriman untuk segera berpaling dari mereka, demi keselamatan jiwa dan raga mereka. Allah berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (jahil).” (QS. 7: 199).

Nah, Celakanya, golongan wahhabi takfiri tak percaya pada hukum sebab-akibat ini, satu-satunya hukum yang bisa menjelaskan apapun di alam ini, sehingga mereka terjatuh dalam jurang kebodohan secepat meteor melesat. Mereka percaya pada sesuatu yang sama sekali tak bisa dijelaskan oleh akal sehat, falsafah hidup atau pandangan agama lurus manapun. Mereka percaya bahwa Allah sedemikian dekat dengan mereka. Bahwa Allah telah memberikan seluruh kekuatan-Nya pada mereka, tanpa perlu ada usaha apa-apa kecuali berteriak memanggil-manggil asma-Nya. Bahwa seluruh alam ini tunduk pada kemauan mereka seperti semuanya tunduk pada-Nya. Bahwa keinginan mereka adalah keinginan-Nya. Bahwa sekalipun fakta tidak menunjukkan realisasi keinginan mereka maka selalu ada tafsir, takwil dan ilusi yang bisa menjelaskannya. Bahwa mereka itu juga merupakan manusia-manusia yang telah sampai pada tingkat keimanan yang setara dengan Nabi Muhammad atau setidaknya para sahabat terdekat beliau. Bahwa wahyu Allah yang turun untuk Nabi Muhammad juga turun untuk mereka. Bahwa mereka adalah para sahabat Nabi yang paling dekat dan setia. Bahwa ucapan dan perilaku mereka setara dengan Sunnah. Dan akhirnya mereka percaya bahwa bantuan Allah pada Nabi Muhammad untuk menegakkan kalimat dan agama-Nya dengan berbagai mukjizat itu juga akan berlaku pada mereka. Seluruh dunia akan mereka taklukkan dengan teriakan takbir yang selantang dan sekeras yang bisa didengar telinga manusia biasa.

Inilah Takfiri. Mereka percaya pada hal-hal yang sama sekali sulit dijelaskan. Mereka percaya pada konspirasi global untuk membabat mereka, melalui anasir internal dan eksternal. Anasir internal terdiri atas kaum Muslim yang agamanya, menurut mereka, telah tercemar berbagai bid’ah, kesesatan dan ujungnya -- lagi-lagi menurut mereka -- adalah syirik. Para penganut mazhab Syiah dan tarekat-tarekat Sufi adalah yang paling mereka benci, bahkan dalam bahasa mereka lebih berbahaya daripada zionis Israel atau kafir manapun.

Lalu di balik musuh dalam selimut ini ada pula yang mereka gambarkan sebagai musuh-musuh di luar selimut yang tak habis-habisnya membenci Islam dan berhasrat membantai semua Muslimin sehingga harus ditanggapi dengan pedang dan hanya dengan pedang semata. (Catatan: bagi takfiri seorang tidak dianggap Muslim meskipun telah menyatakan diri sebagai Muslim dan bersaksi akan keesaan Allah dan Muhammad sebagai Nabi terakhir-Nya ).

Selanjutnya, tatkala mereka tak menemukan cara untuk mengalahkan musuh-musuh luar mereka, seperti Israel dan Amerika Serikat yang menjajah mereka, maka mereka akan mencari dalih—yang tentu saja selalu tersedia bagi mereka yang tak percaya logika dan konteks—untuk mempersalahkan situasi sekitar dan, ini yang ironis, memeranginya. Dan dengan alasan inilah rezim Saddam dan sejumlah raja Arab dengan mudah menggelandang mereka untuk berperang dengan Iran selama 8 tahun. Gagal mencapai apapun dari perang terpanjang abad 20 itu, mereka pun mencari-cari musuh yang lebih dekat lagi. Kali ini mereka mengobarkan perang dengan kelompok-kelompok Sunni yang semazhab dengan mereka. Perang saudara pun meletus di tahun awal 80-an di Suriah dan 90-an di Aljazair dengan bahan bakar utama yang bernaung di bawah metonim salafisme takfiri ini. Sekian lama berperang melawan musuh bayangan yang tidak terlihat dan memakan ratusan ribu korban, rezim Assad Senior berhasil mengalahkan mereka demikian pula rezim militer Aljazair.

Di saat kegagalan sudah di depan mata, mereka memberangus udara kebebasan rakyat Afghanistan yang baru saja direbutnya dari Uni Soviet. Sebuah rezim misogonistik dan drakonian Taliban pun berdiri dengan ilusi kembali ke masa 1.400 tahun silam, tanpa sedikitpun memperhatikan konteks, logika dan hukum sebab-akibat. Dan manakala segalanya tampak tidak berjalan sesuai waham mereka, maka sekonyong-konyong kelompok ini meledakkan menara kembar WTC di New York.

Ribuan warga sipil AS mati di tengah sorak-sorai takfiri di seluruh dunia, terutama di Afghanistan. Otak cupet mereka mengkhayalkan bahwa dengan serangkain aksi bunuh diri maka dunia Barat akan hancur berkeping-keping dan 1 milyar lebih Muslim dunia akan tertunduk kagum mendukung mereka. (Catatan: tentu saja asumsi ini tidak bertentangan dengan sejumlah teori konspirasi yang menyatakan banyaknya kejanggalan dalam tragedi 11 September tersebut. Namun demikian, pikiran yang muncul dalam benak takfiri sama sekali tidak bersandar pada teori konspirasi atau teori apapun juga. Semuanya hanya berputar pada hampanya kekosongan otak mereka).

Apa yang terjadi kemudian di alam nyata? Dunia Barat di bawah komando AS memburu mereka mereka di seluruh dunia, termasuk ke lobang-lobang gua persembunyian mereka di pegunungan Afghanistan. Satu demi satu tokoh mereka mati. Mereka tak berhasil melakukan apa pun kecuali berdusta dan menabur nubuat-nubuat kemenangan tentang mujahidin yang bakal mengibarkan bendera-bendera hitam menyambut ’Imam Mahdi’. Puncaknya, Afghanistan hingga hari ini luluh lantak diterpa badai perang saudara. Belum ada hasil apapun di Afghanistan, para takfiri ini kembali berjejal menyesaki Irak. Menghadapi invasi militer asing, kaum takfiri tak punya orientasi yang jelas--segalanya seperti buram di depan mereka. Alih-alih mengerahkan seluruh tenaga untuk melawan invasi asing tersebut, mereka malah memunculkan bahaya ’kebangkitan rofidhoh Syiah’ Irak, yang, dalam banyak kesempatan, juga mereka sebut sebagai ’agen AS dan Iran’.

Bisa dibayangkan apa hasilnya? Konflik horisontal meletup di mana-mana, dengan dalih mempertahankan eksistensi mazhab Sunni menghadapi mayoritas Syiah Irak. Hasilnya, Syiah justru menguat dan merebut pucuk pimpinan pemerintahan lewat proses pemilu yang demokratis. Aksi-aksi bom bunuh diri mereka yang pada tahun 2013 lampau saja telah merenggut 8.000 nyawa, sampai detik ini, tak berdampak apa-apa. Tak ada perubahan peta politik atau kemenangan dalam makna yang konkret. Warga Syiah Irak kian rajin mengekspresikan diri dalam berbagai bidang, termasuk dalam ritual yang menyakitkan hati kaum takfiri seperti ziarah kubur dan tawasul. Teror bom bunuh diri pun perlahan-lahan menjadi rutinitas hidup sehari-hari bagi kebanyakan warga Irak. Tidak ada lagi orang Syiah yang ketakutan dan kalang kabut menghadapi ledakan bom, di mana pun dan kapan pun.

Tentu saja, kegagalan sistemik ini tidak berarti apa-apa bagi golongan orang yang tidak mengakui kausalitas, menolak logika dan melepaskan diri dari konteks. Selama ada orang bodoh di bumi ini, selama itu pula ideologi anti-akal ini dapat bertahan dan mungkin tumbuh merekrut ribuan calon pelaku bunuh diri. Meski demikian, selaras dengan watak ideologi anti akal dan kewarasan in, mereka takkan pernah mampu mengumpulkan jumlah manusia yang cukup signifikan untuk dapat disebut mayoritas, di mana pun juga. Bahkan, pertumbuhan jumlah penganut ideologi ini akan berbanding terbalik dengan kemampuannya bertahan dalam ekstremitas dan absurditas, sebagaimana dapat kita lihat dalam situasi terkini di Suriah.

Seperti kita ketahui, tahun 2011 lalu Timur Tengah menyaksikan serangkain pergolakan yang disebut-sebut dengan Musim Semi Arab. Di Libya bau amis darah menjadi magnit bagi kaum takfiri untuk berbondong-bondong datang dan mengobarkan jihad. Konon mereka mencita-citakan semacam khilafah Islam global dari Tonja Jakarta. Namun sialnya, sampai detik ini konflik bersenjata masih terjadi di Libya di antara faksi-faksi takfiri ini sendiri.

Pada saat wabah krisis menjalar ke Suriah dan melahirkan siklus kekerasan yang menelan lebih dari 200.000 nyawa, kelompok penganut ideologi waham takfiri dari 80-an negara itu pun berduyun-duyun menjamur di bumi Syam. Kali ini, hasrat membunuh, membantai dan memamerkan aksi-aksi masokis dan sadistik mereka dijustifikasi oleh dugaan ’kebrutalan’ rezim Assad.

Mula-mula mereka mengira akan meraih kemenangan ekspres.

Faktanya, kemenangan melawan militer Suriah yang didukung oleh aliansi geopolitik yang kuat takkan pernah mudah diraih. Ratusan ribu korban berjatuhan tapi tampaknya kian hari pemerintahan Suriah di bawah Assad tampak kian kebal. Sialnya, waham meraih kemenangan kilat yang tak kunjung datang, membuat mereka makin merayang dan menolak kausalitas. Bumbu berbagai nubuat dari hadis-hadis yang tak pernah melalui proses verifikasi ilmiah yang mumpuni, yang telah mereka guyur ke seantero dunia Islam, seperti tak mempan membuat kemajuan apa-apa. Teriakan takbir dan waham superioritas mereka atas seluruh kelompok manusia lain bak menggantang asap mengukir langit. Dan puncaknya, mereka yang merasa selalu dekat dengan Allah karena telah “berjihad” di jalan-Nya, mulai curiga pada sekelilingnya. Pada saat inilah mereka mulai saling bunuh dan saling gorok.

Faksi-faksi paramiliter yang bergabung Al-Daulah Al-Islamiyyah fi Al-Iraq wa Al-Syam (yup, tak salah jika disingkat menjadi “Daesy”) akhirnya berperang habis-habisan melawan faksi-faksi paramiliter yang bergabung dengan Jabhah An-Nusra dan Jaisy Al-Islam. Kedua belah pihak telah saling mengkafirkan dan menghalalkan darah masing-masing. Aksi-aksi bom bunuh diri yang dulu menyerang target-target militer Suriah kini menyasar markas-markas faksi-faksi militer takfiri sendiri.

Sejak 4 Januari kemarin, perang saudara kembar ini kian sengit. Dalam sepekan saja, perang kanibalistik yang mengubur seluruh jargon tentang revolusi sipil di Suriah itu telah menelan lebih dari 500 nyawa.

Pertanyaannya, mengapa mereka saling menyerang dan membunuh? Di sinilah uniknya ideologi takfiri: jika Anda tak bisa mengalahkan musuh, maka carilah musuh yang paling dekat untuk dapat meningkatkan moral Anda dalam berperang. Dan jika musuh terdekat pun tak bisa dikalahkan, maka carilah musuh yang paling dekat. Dan bila yang terakhir ini pun gagal, padahal Anda yakin dekat dengan Allah dan berjihad di jalan-Nya, maka bunuhlah dirimu, karena hidupmu sudah tidak lagi bermakna.

Kami, manusia waras, menyebut semua proyek ideologi takfiri tersebut sebagai ideologi waham yang lahir dari dunia gelap kejahilan dan diperjuangkan dengan gigih oleh sekelompok orang jumud yang percaya bahwa gelap adalah terang. Jalan mereka menuju kehancuran dan kegagalan, sayangnya, seringkali menyeret sekian banyak manusia yang sebenarnya juga datang dari alam kebodohan. Tentu saja, drama takfiri yang sedang terjadi di Suriah, juga yang sedang terjadi di Irak dan di Afghanistan -- dan juga sedang rajin dimegaphonekan di seluruh Indonesia, bakal berujung pada pelajaran besar bagi manusia normal.

Percayalah pada hukum sebab-akibat. Bukan apanya: ini semua semata agar Anda dapat menjadi manusia pembelajar dan tidak bersikap seperti burung onta yang menenggelamkan kepala di dalam pasit saat dikejar pemangsanya.[*]

SUMBER: ISLAMTIMES

Muslim Rohingya Masih Terancam Pembantaian

Arrahmah-Kekerasan sektarian yang melandaMyanmar sejak musim panas 2012, kembali memanas, meninggalkan jumlah korban tewas di pihak Muslim Rohingya meningkat, termasuk sedikitnya 30 anak. Insiden terbaru terjadi di dekat Maungdaw.

Muslim Rohingya kembali menjadi sasaran serangan ekstrimis Buddha di Rakhine, yang beraksi dengan dibarengi para pemimpin politik lokal Buddha.

Awal pekan inimassa dan aparat keamanan di Rakhine yang dikenal di Myanmar dengan sebutan Lun Htein, menerobos desa Kiladaung.

Menurut laporan, warga Rohingya di Kiladaung awalnya percaya bahwa mereka sedang dikepung oleh perampok. Ternyata, mereka yang menerobos desa adalah polisi yang tidak memakai seragam. Orang-orang desa pada awalnya berusaha untuk melindungi harta benda mereka, namun akhirnya terpaksa mengungsi.

Sekitar 12:30 pada 15 Januari 2014, gerombolan orang dalam jumlah cukup besar memasuki Kilagaung dan menembaki warga Rohingya. Saksi mata mengatakan banyak warga  Muslim Rohingya melarikan diri, namun banyak pula yang tersudut. Sebagian besar mereka yang tidak dapat meninggalkan tetap tersembunyi di dalam rumah mereka.

Keesokan paginya, pejabat Rakhine, bersama dengan seorang pria Rohingya bernama Jahangir, meninjau Kiladaung dan menuduh warga Rohingya di desa itu membunuh seorang perwira polisi Rakhine serta mencuri dan menyembunyikan senjatanya.

Warga Rohingya yang interogasi menyatakan tidak tahu-menahu.

Burma Times melaporkan , " ... setelah pejabat kiri, massa dari Budha Rakhine dan pasukan keamanan pergi ke Kiladaung pada pukul 1:00 dan mulai membantai warga, bergerak dari rumah ke rumah membunuh semua orang, bahkan bayi.

Selanjutnya pada malam hari pukul 6:30, seorang Rohingya yang pernah ke Gadusara, lokasi sejumlah pembunuhan, dan bermalam di situ seraya menjelaskan bahwa ia mempertaruhkan hidupnya untuk mengetahui nasib keluarganya. Dia melihat tiga orang yang dikenalnya.

Saksi mata ini mengatakan ia melihat mayat 35 anak-anak, sebagian besar (30) anak perempuan, dan tujuh laki-laki.

Dengan mengendap-endap dia menuju rumahnya. Tidak ada yang tersisa dari rumahnya. Sebagaimnaa dikutip Burma Times, pria itu mengatakan, "Saya tidak bisa mengendalikan diri, saya tidak tahu di mana dua anak laki-laki, satu putri dan istri saya."

Saat ia keluar dari rumahnya, ia melihat sekelompok warga Buddha Rakhine mendekat dari kejauhan dan memutuskan menggunakan jalan lain untuk keluar desa. Sekali lagi menurut Burma Times, "... dalam perjalanan, ia melihat mayat 10 anak laki-laki dan hampir 60 anak perempuan, di  tempat lain dekat sebuah danau, hampir 120 mayat orang, ditemukan."(*)

sumber: IRIBindo

Peringatan Iran terhadap Pelanggarakan Kesepakatan Jenewa

Arrahmah- Wakil Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran untuk Urusan Hukum dan Internasional Abbas Araqchi mengatakan, jika Kelompok 5+1 tidak komitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati, maka agenda damai nuklir Tehran dengan cepat akan kembali pada posisi semula.

Hal itu dikatakan Araqchi dalam wawancara dengan wartawan IRIB (Islamic Republic of Iran Broadcasting) baru-baru ini ketika menyinggung pernyataan Gedung Putih mengenai kesepakatan Jenewa.

Ia mengatakan, mengingat adanya persoalan antara Gedung Putih dan Kongres maka pernyataanAmerika Serikat baru-baru ini adalah tindakan untuk komsumsi internal Amerika.

Araqchi menambahkan, tampaknya tindakan itu dilakukan AS di bawah tekanan anggota Kongres. Namun tindakan yang mereka lakukan adalah publikasi ringkasan perjanjian, yang menurut mereka dianggap sebagai kesimpulan sepihak.

Wakil Menlu Iran untuk Urusan Hukum dan Internasional menandaskan, "Perjanjian sepenuhnya jelas, transparan dan semua mengetahuinya. Mengingat perjanjian ini adalah dokumen tidak resmi dan tidak dapat dipublikasikan, maka mempublikasikannya berarti mengakui dan menciptakan kondisi mengikat terhadap perjanjian itu. Dokumen ini mencerminkan serangkaian perjanjian lisandalam kerangka "Non Paper" dan ditulis sebagai dokumen tidak resmi. "

Araqchi lebih lanjut menuturkan, namun hal ini tidak berarti bahwa dokumen tidak resmi itu rahasia dan ada hal yang disembunyikan. Dokumen tersebut transparan dan kami telah mengirimnya ke berbagai pihak berwenang, ujarnya.

Kerangka kesepakatan yang terbentuk antara Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Perancis, Inggris, Amerika Serikat ditambah Jerman) dan yang akan direalisasikan nantinya adalah sebagian sanksi akan dicabut, dan Iran seraca sukarela akan melakukan perubahan dalam agenda nuklirnya. Sementara struktur menyeluruh aktivitas damai nuklir Iran termasuk pengayaan uranium diakui dan sepenuhnya terjaga.

Berdasarkan kesepakatan Jenewa, langkah awal dari penerapan kesepakatan antara Iran dan Kelompok 5+1 akan mulai pada Senin (20/1). Langkah awal itu akan diambil di bawah pengawasan utusan Badan Energi Atom Internasional(IAEA) yang telah tiba di Tehran pada Sabtu. Setelah langkah tersebut, perundingan tingkat menteri luar negeri dari Iran dan Kelompok 5+1 serta Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton akan dilanjutkan.

Sebenarnya, para pejabat AS mengetahui bahwa selama ini laporan-laporan IAEA tentang aktivitas nuklir Iran tidak benar dan dirancang untuk tujuan politis, namun sekarang setelah tercapainya kesepakatan Jenewa pada tanggal 24 November 2013, tuduhan-tuduhan bahwa Tehran menyimpangkan program nuklir damainya sudah tidak memiliki tempat lagi. Sehingga AS dalam mengahadapi langkah membangun kepercayaan yang dilakukan oleh Iran, terpaksa melaksanakan komitmennya dalam kerangka perjanjian Jenewa.

Selama ini, Tehran selalu menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya damai dan tidak ada yang disembunyikan dalam agenda nuklirnya, bahkan Iran selalu berusaha membangun kepercayaan dengan negara-negara yang menentang program nuklirnya itu. Namun Barat selalu melontarkan tudingan miring dan tak berdasar terhadap Iran.

Presiden Iran Hassan Rohani dalam pidatonya di Sidang Majlis Umum PBB di New York dengan jelas telah menegaskan bahwa progran nuklir Tehran sepenuhnya untuk kepentingan sipil. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penegasan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam pertemuannya dengan para menteri luar negeri lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman di sela-sela Sidang Majlis Umum PBB. (*)

SUMBER: IRIBindo