Muslim Rohingya Masih Terancam Pembantaian

Arrahmah-Kekerasan sektarian yang melandaMyanmar sejak musim panas 2012, kembali memanas, meninggalkan jumlah korban tewas di pihak Muslim Rohingya meningkat, termasuk sedikitnya 30 anak. Insiden terbaru terjadi di dekat Maungdaw.

Muslim Rohingya kembali menjadi sasaran serangan ekstrimis Buddha di Rakhine, yang beraksi dengan dibarengi para pemimpin politik lokal Buddha.

Awal pekan inimassa dan aparat keamanan di Rakhine yang dikenal di Myanmar dengan sebutan Lun Htein, menerobos desa Kiladaung.

Menurut laporan, warga Rohingya di Kiladaung awalnya percaya bahwa mereka sedang dikepung oleh perampok. Ternyata, mereka yang menerobos desa adalah polisi yang tidak memakai seragam. Orang-orang desa pada awalnya berusaha untuk melindungi harta benda mereka, namun akhirnya terpaksa mengungsi.

Sekitar 12:30 pada 15 Januari 2014, gerombolan orang dalam jumlah cukup besar memasuki Kilagaung dan menembaki warga Rohingya. Saksi mata mengatakan banyak warga  Muslim Rohingya melarikan diri, namun banyak pula yang tersudut. Sebagian besar mereka yang tidak dapat meninggalkan tetap tersembunyi di dalam rumah mereka.

Keesokan paginya, pejabat Rakhine, bersama dengan seorang pria Rohingya bernama Jahangir, meninjau Kiladaung dan menuduh warga Rohingya di desa itu membunuh seorang perwira polisi Rakhine serta mencuri dan menyembunyikan senjatanya.

Warga Rohingya yang interogasi menyatakan tidak tahu-menahu.

Burma Times melaporkan , " ... setelah pejabat kiri, massa dari Budha Rakhine dan pasukan keamanan pergi ke Kiladaung pada pukul 1:00 dan mulai membantai warga, bergerak dari rumah ke rumah membunuh semua orang, bahkan bayi.

Selanjutnya pada malam hari pukul 6:30, seorang Rohingya yang pernah ke Gadusara, lokasi sejumlah pembunuhan, dan bermalam di situ seraya menjelaskan bahwa ia mempertaruhkan hidupnya untuk mengetahui nasib keluarganya. Dia melihat tiga orang yang dikenalnya.

Saksi mata ini mengatakan ia melihat mayat 35 anak-anak, sebagian besar (30) anak perempuan, dan tujuh laki-laki.

Dengan mengendap-endap dia menuju rumahnya. Tidak ada yang tersisa dari rumahnya. Sebagaimnaa dikutip Burma Times, pria itu mengatakan, "Saya tidak bisa mengendalikan diri, saya tidak tahu di mana dua anak laki-laki, satu putri dan istri saya."

Saat ia keluar dari rumahnya, ia melihat sekelompok warga Buddha Rakhine mendekat dari kejauhan dan memutuskan menggunakan jalan lain untuk keluar desa. Sekali lagi menurut Burma Times, "... dalam perjalanan, ia melihat mayat 10 anak laki-laki dan hampir 60 anak perempuan, di  tempat lain dekat sebuah danau, hampir 120 mayat orang, ditemukan."(*)

sumber: IRIBindo
Share this article :
Share on FB Tweet Share on G+

0 komentar:

Posting Komentar