Perlakuan Rahbar terhadap Muda Mudi yang Sedang Berpacaran

Arrahmah.com — Perlakukan bijak banyak
mendatangkan berkah. Hal ini harus
dimasyarakatkan secara luas sehingga masyarakat
kita semakin Islami dan sehat. Menurut Syahid
Bahesyti, menarik hati semampu mungkin dan
menolak seperlu mungkin. Salah seorang pengawal Rahbar Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei pernah menorehkan sebuah kisah
ketika sedang mengawal mendaki gunung di
Tehran berikut ini:
Pada suatu hari, Rahbar mendaki gunung di
daerah pinggiran kota Tehran. Tiba-tiba beliau
berjumpa dengan seorang pemuda dan pemudi
yang secara pakaian bisa dibilang tidak “sopan”.
Kedua muda mudi itu tiba-tiba berada di hadapan
kami dan tidak sempat untuk merapikan diri. Dari
tingkah laku mereka bisa dipahami bahwa mereka
sangat ketakutan. Mereka mungkin membayangkan
bahwa Rahbar akan langsung memerintahkan
supaya mereka ditangkap di tempat.
Tetapi, berbeda dengan bayangan mereka, Rahbar
menyapa mereka dengan penuh ramah dan lantas
bertanya, “Kalian berdua adalah suami istri?”
Rahbar tahu bahwa mereka bukan suami istri.
Melihat keramahan Rahbar, kedua muda mudi itu
mengaku sejujurnya, “Tidak. Kami hanyalah
teman.”
Rahbar sebelum menasihat mereka mengutarakan
manfaat olah raga. Setelah itu, beliau berkata,
“Alangkah baiknya apabila kalian membaca akad
nikah terlebih dahulu supaya menjadi muhrim dan
menikah. Jika kalian tidak keberatan, datanglah
pada tanggal sekian dan saya siap membacakan
khutbah akad nikah untuk kalian.”
Setelah berpisah, kedua muda mudi itu pun
datang ke rumah Rahbar pada tanggal yang telah
disepakati bersama keluarga mereka dan menikah
di tangan Rahbar.
Akhirnya, wanita yang sebelumnya tidak berhijab
itu menjadi seorang wanita yang berhijab rapi dan
tertata sesuai dengan wanita muslimah ideal.
Sumber: Shabakeh Khabar

Takfiri; why you're so hate shia?



Ar-Rahmah.com~ Bismillahirrahmanirrahim...

Zaman sudah berubah. penipuan, perampokan, kebencian, fanatisme dan lain sebagainya sudah mulai merajalela di dunia. apakah kita sebagai umat islan yang memegang teguh kebajikan dan sunnah Rasul juga ikut dalam pentas energi-energi negatif seperti itu dan juga menjadi penyelenggara dalam pentas pengrusakan dunia?

bukankah Allah telah berfirman dalam kitab suci Al-Qur'an :

Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai (diwariskan kepada) hamba-hamba-Ku yang saleh. (al-anbiya : 105)

Bukankah seharusnya kita bangkit memenuhi bumi ini dalam kebajikan? Bersatu dalam kelompok umat Rasul saw? Tidakkah dengan kondisi umat kita sekarang Rasul saw akan sedih melihat umatnya juga ikut dalam pelaksanaan energi negatif di dunia? 

hentikan fanatisme dan saling mengkafirkan..! kita hidup di dunia bukan untuk saling merendahkan, tapi untuk mencapai kesempurnaan bukan? sudah banyak musuh dari luar islam, dan sekarang, kita juga merupakan musuh islam dari dalam? 

OPEN YOUR EYES NOW! WE ARE THE UMMAT OF PROPHET MUHAMMAD SAW!
LET'S STRUGGLE, WORK AND PRAY..
ALLAHU AKBAR!

Gerakan Takfiri Internasional: Arab Saudi Berusaha Dirikan Negara Takfiri

Arrahmah.com - Bom bunuh diri dan bom mobil menjadi pertanda kehadiran mereka. Secara rutin, rakyat tak bersalah dijadikan target untuk dibunuh. Bagaimana bisa Arab Saudi mengaku mengikuti al-Qur’an dan Sunnah sementara mereka justru mempromosikan dan membiayai ide durjana semacam itu?
Takfiri al-Qaeda
Takfiri al-Qaeda
Keberhasilan kelompok takfiri al-Qaeda menguasai provinsi Anbar di Irak dan beberapa daerah di Suriah berkat sokongan Pangeran Arab Saudi, Bandar bin Sultan jelas-jelas menunjukkan bahwa sponsor Timur Tengah mereka itu berencana membangun "negara takfiri" di kawasan tersebut. Sementara Konferensi Jenewa yang membahas kondisi Suriah hanya sedikit menyentuh substansi persoalan.

Inilah yang diharapkan; secuil ilusi yang terpendam bahwa upaya itu akan menciptakan terobosan atau hasil yang diharapkan demi mengakhiri penderitaan rakyat Suriah. Alasannya sederhana: bukan hanya kedua belah pihak terpisah jarak yang sangat jauh, oposisi Suriah juga terdiri dari bermacam-macam kalangan oportunis yang tidak memiliki dukungan di wilayah Suriah.

Para penyokong asing mereka, bagaimana pun, memiliki rencana lain. Konferensi Jenewa hanyalah pertunjukan sampingan. Peperangan sesungguhnya sedang berlangsung di wilayah Suriah dan juga di Irak yang sekarang makin sengit. Sekilas saja melihat peta, akan terlihat bahwa tentara asing bayaran terutama yang didukung Arab Saudi di Suriah dan Irak, menduduki kawasan penting di kedua negara yang dapat membentuk perbatasan negara takfiri di masa depan.

Di Irak, pemberontak takfiri menguasai provinsi Anbar yang membentang dari barat laut Baghdad hingga ke perbatasan Suriah. Di Suriah juga mereka menguasai kawasan perbatasan kedua negara kendati harus berhadap-hadapan pula dengan berbagai kelompok pemberontak lainnya.

Tentara Suriah Bebas (FSA yang merupakan kelompok pemberontak takfiri sokongan AS) sudah nyaris hancur dan daerahnya telah dikuasai kelompok takfiri (sokongan Arab Saudi). Kondisi ini tentu menguntungkan pasukan pemerintah Suriah. Banyak anggota FSA yang kembali bergabung dengan pasukan pemerintah. Kebanyakan warga Suriah mulai menyadari bahwa tentara bayaran takfiri menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Kenyataannya, BBC sekalipun terpaksa mengakui pada 21 Januari bahwa dari hasil survei di kalangan pengungsi Suriah, sebanyak 87 persen menolak keberadaan kelompok takfiris di negara mereka dan menginginkan krisis tersebut segera diakhiri lewat dialog.

Tentu saja keinginan tersebut bertolak belakang dengan keinginan kelompok takfiri dan para pendukung asingnya, terutama Arab Saudi yang hanya mengenal satu permainan: memecah belah kaum Muslim dengan menyebarluaskan kebencian terhadap orang/kelompok yang tidak disukai. Rezim Arab Saudi telah mengalokasikan dana 6 miliar dolar Amerika (sekitar Rp. 72 triliun) untuk membiayai kelompok-kelompok takfiri menjatuhkan pemerintahkan Bashar al-Asad.

Bandingkan dengan total hibah 120 juta dolar (sekitar Rp. 150 miliar) Amerika million dari Arab Saudi dan Qatar untuk merawat lebih dari dua juta pengungsi Suriah yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan di kamp-kamp Yordania, Turki, dan Libanon. Bagi Arab Saudi, membunuh orang, khususnya kalangan yang tidak disukai, jauh lebih penting ketimbang menyelamatkan nyawa rakyat sipil.

Dibanding kebijakan militer yang didukungnya, kampanye Arab Saudi untuk menyebarluaskan kebencian ternyata jauh lebih ebih efektif. Emosi seseorang dapat dengan mudah dimunculkan dengan menanamkan keraguan dalam benaknya. Inilah yang benar-benar diketahui dan dilakukan Arab Saudi.

Mereka menebar ideologi beracunnya sejauh dan seluas mungkin. Pakistan, Libanon, Irak, Suriah, Yaman, dan Somalia berada dalam cengkeraman mereka, di mana para demagog takfiri sedang mengamuk. Bom bunuh diri dan bom mobil menjadi pertanda kehadiran mereka. Secara rutin, rakyat tak bersalah dijadikan target untuk dibunuh. Bagaimana bisa Arab Saudi mengaku mengikuti al-Qur’an dan Sunnah sementara mereka justru mempromosikan dan membiayai ide durjana semacam itu?

Kenyataannya, mereka hanya peduli pada bagaimana menyelamatkan kekuasaan yang digenggamnya dengan cara ilegal di Jazirah Arab saat gejolak ke arah perubahan semakin menguat belakangan ini. Racun takfiri ditabur untuk menginfeksi masyarakat Arab Saudi dan sekitar satu dekade lalu, gerakan al-Qaeda meletup dan menyapu warga di sana (yang kemudian beramai-ramai menjadi anggota dan simpatisanya).

Kaum takfiri tidak memiliki loyalitas kepada siapapun atau apapun; ideologi kebencian dan pembunuhan mereka pada akhirnya akan berbalik kepada para sponsornya. Itulah mengapa Arab Saudi begitu bernafsu menciptakan negara takfiri di sebagian kawasan Irak dan Suriah untuk menempatkan monster-monster itu di sana dan akan dilepaskan saat dibutuhkan untuk melawan "musuh" berikutnya. Namun, sebagaimana kebijakan militer Arab Saudis, proyek negara takfiri itu juga menemui kegagalan. Semoga saja kegagalan ini akan mempercepat keruntuhan salah satu dinasti penguasa paling dibenci sejagat raya itu. [*]

Sumber: ISLAMTIMESclickhere

KPK Telusuri Dugaan Penggelapan Miliaran Dana Haji di Kemenag

Menteri Agama Suryadharma Ali (iToday)
mentri Agama Suryadharma Ali

Arrahmah.com - Dari Hasil audit PPATK terkait pengelolaan dana haji Tahun 2004-2012 ditemukan transaksi mencurigakan sebesar Rp230 miliar. Jumlah transaksi itu tidak diketahui dengan jelas penggunaannya untuk apa.

Tingginya ongkos naik haji dan amburadulnya tata kelola ibadah haji di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan karena adanya gurita korupsi di tubuh penyelenggara haji, dalam hal ini adalah Kemenag.

Laporan terakhir menyebutkan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang sibuk menelusuri kejanggalan dana haji di Kementerian Agama (Kemenag) periode 2004-2012. Laporan kejanggalan tersebut berdasarkan laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) setelah sebelumnya banyak aduan dari masyarakat, demikian iToday melaporkan, Jumat, 07/02/14.

Dari Hasil audit PPATK terkait pengelolaan dana haji Tahun 2004-2012 ditemukan transaksi mencurigakan sebesar Rp230 miliar. Jumlah transaksi itu tidak diketahui dengan jelas penggunaannya untuk apa.

Selama periode tersebut, dana haji yang dikelola mencapai Rp80 triliun, dengan imbalan hasil sekitar Rp2,3 triliun per-tahun.

Dan yang paling bertanggung jawab terkait hal ini adalah mentri agama, Suryadarma Ali. 

Bahkan menurut Uchok Khadafi, dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), KPK harusnya memanggil Menteri Agama Suryadharma Ali, karena disinyalir rekening dana haji di bank memakai nama Suryadharma Ali dan bukan atas nama lembaga kementrian agama. FITRA menilai, pengelolaan dana haji sangat berbau korup.

"Pengelolaa dana haji masih berbau korup, lantaran pengelolaan tidak transparan dan akuntabilitas sehingga dampaknya adalah mahalnya dana haji bagi rakyat," ujarnya di Jakarta, Jumat (7/2), mengutip pemberitaan okezone.

Uchok juga meminta supaya KPK menyelidiki dana penyelenggaraan haji seperti dana pokok naik haji beserta bunganya yang sangat tidak terbuka dan transparan dalam pengelolanya. Disamping itu, mahalnya anggaran untuk operasional penyelenggaran ibadah haji, juga harus menjadi fokus KPK.

Seperti pada tahun 2010 telah menghabiskan anggaran operasional sebesar Rp.358.3 milyar, pada tahun 2011 sebesar Rp350 milyar, dan pada tahun 2012 sebesar Rp292.4 miliar.

"Dengan tinggi dan mahalnya dana operasional ini mengakibatkan mahalnya ongkos naik haji orang yang mau naik haji menjadi objek bisnis bagi Kementerian Agama karena pelayanan haji sangat jelek," pungkasnya. [*]

Sumber: clickere

ciri-ciri kaum wahabi

di blog wahabi vs sunni, sudah banyak artikel yang membahas mengenai ciri ciri wahabi namun karna kadang sifat dari ciri ciri mereka kurang kita cermati maka saya mencoba memapar ulang sedikit demi sedikit saja.
ciri ciri kaum wahabi:
biasa membid’ahkan dan mengkafirkan orang islam yang tidak sefaham dengan mereka,khususnya kaum aswaja yang sudah biasa melakukan ritual ritual keislaman seperti tahlilan dan maulid nabi muhammad saw dan ritual lainnya. mereka menganggapnya suatu pekerjaan yang bid’ah,dan mereka tidak menerima qaidah yang menyatakan bid’ah itu dibagi menjadi 2 (bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah). karna mereka tidak mau menta’wil al qur’an maupun al hadits. mereka mengambil al qur’an dan al hadits secara harfiyah saja,walaupun pada keadaan tertentu mereka juga menta’wil bahkan berseberangan dengan al qur’an dan al hadits. satu contoh gampang saja adalah sikap mereka dan mulut mereka yang sangat gampang mengatakan ini bid’ah itu bid’ah,kamu kafir dia kafir. padahal nabi muhammad saw saja sebagai syahibusy syari’ah tidak mempunyai amal seperti amaliyah mereka,namun tetap saja mereka menyatakan bahwa diri mereka/kelompok mereka adalah kelompok yang berpanutan kepada al qur’an dan al hadits. sumber : clickhere
 - See more at: clickhere

Alasan Menjadi Pengikut Ajaran Takfiri

Arrahmah.com - Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi umat Islam saat ini adalah gerakan Takfiri. Wahabi Takfiri yang dibangun atas dasar akidah-akidah sesat Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab, menuding kaum Muslim di luar mereka sebagai musyrik dan mengeluarkan fatwa pembunuhan. Teroris Takfiri – yang didukung oleh beberapa negara Arab di Timur Tengah dan kekuatan-kekuatan dunia – berupaya untuk menciptakan perpecahan di dunia Islam dan konflik di kawasan serta melakukan pembantaian kaum Muslim dan penyimpangan akidah.

Saat ini, pembantaian luas dan mengerikan terjadi di Suriah seiring meningkatnya aktivitas kelompok Takfiri. Kejahatan itu menyesakkan nafas setiap orang yang merdeka dan para penyembah Tuhan. Takfiri atas nama Islam – agama yang penuh cinta dan kasih sayang – melakukan kekerasan sadis dan merusak citra Islam. Padahal, aksi-aksi mereka sepenuhnya bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut perspektif para cendekiawan Muslim, mengontrol dan menghancurkan gerakan Takfiri merupakan urgensitas utama dunia Islam.

Perilaku yang jauh dari aroma kemanusiaan dan kebuasan para anasir Takfiri – seperti membantai wanita dan anak-anak – telah memunculkan sebuah pertanyaan tentang bagaimana seorang individu bisa bertindak sekejam itu? Lalu apa saja faktor yang melahirkan ajaran Takfiri? Rektor Universitas Pendekatan Antar Mazhab Islam di Iran, Doktor Ahmad Moballeghi menilai ada beberapa faktor utama yang melatari kemunculan Takfiri. Dalam pandangannya, kebodohan, kehidupan di tengah komunitas yang kering pemikiran, fanatisme buta, dan unsur-unsur kejiwaan dan psikologis, merupakan faktor penting munculnya gerakan Takfiri.

Menurut Doktor Moballeghi, anasir Takfiri tidak memiliki sebuah hubungan personal dan mesra dengan Tuhan sebagai sumber rahmat, kasih sayang, dan pencipta semua keindahan dan kebaikan. Ketaatan dan hubungan mesra dengan Tuhan akan menciptakan kelapangan dada seseorang. Sikap lapang dada akan membentuk seorang individu menjadi penyabar dan pemikir, di mana pikiran-pikirannya mampu mengalahkan emosinya.

Manusia yang bertakwa dan taat tentu saja memiliki kelapangan dada. Mereka akan memperlakukan orang lain dengan cinta dan kasih sayang serta menjalin hubungan dengan Tuhan atas dasar cinta. Para pemuka agama Islam juga sering berbicara bahwa agama tidak lain kecuali cinta. Ajaran-ajaran Islam murni menciptakan sebuah kecintaan istimewa antara seseorang dengan Tuhannya dan ketika itu, orang tersebut akan menjadi poros kecintaan Sang Khalik. Kecintaan itu sama seperti wewangian yang menebarkan keharuman kepada orang-orang sekitar dan memberikan kabar gembira rahmat Tuhan kepada semua.

Jika hubungan dengan Tuhan bersifat dangkal dan pencitraan semata, maka amal ibadah tidak akan mengubah kondisi internal seseorang dan ia jauh dari aroma spiritualitas serta fenomena-fenomena keindahan kemanusiaan dan ketuhanan. Individu seperti itu secara perlahan akan terseret ke jurang bahaya seperti Takfiri. Anasir-anasir Takfiri – berbeda dengan spirit Islam yang mengutamakan keramahan dan siap untuk mengabdi kepada masyarakat – selalu berpikir untuk membunuh manusia-manusia tak berdosa.

Doktor Moballeghi mengatakan, "Kita mengharapkan para tokoh masyarakat Islam menyusun program untuk menciptakan sebuah perubahan fundamental dalam bentuk dan kualitas interaksi manusia dengan Tuhan. Manusia saat ini haus akan keindahan, cinta, dan kasih sayang. Ini adalah sesuatu yang hanya didapatkan dengan menjalin hubungan hakiki dengan Tuhan, bukan sebuah hubungan pencitraan."

Faktor lain yang menyebabkan seseorang terjebak dalam pemikiran Wahabi dan Takfiri adalah kehidupan di lingkungan yang keras dan fanatik. Masyarakat yang tumbuh di tengah lingkungan Wahabi, biasanya cendrung menolak kritik dan tidak memiliki kematangan berpikir. Mereka juga akan bersikap fanatik dan mengedepankan kekerasan. Fakta menunjukkan bahwa anasir-anasir Takfiri yang berperang di Suriah, umumnya berasal dari tengah masyarakat Wahabi seperti, Saudi Arabia dan negara-negara sekitar.

Doktor Moballeghi menuturkan, "Gerakan Takfiri berpotensi terbentuk di tengah masyarakat yang keras dan kaku. Kecintaan Tuhan tidak terdapat di hati yang keras. Tuhan di tengah mereka hanya sebagai instrumen untuk mempersulit semua hal… seorang Takfiri mengira bahwa ia dekat dengan Tuhan, padahal apa yang dimilikinya bukan agama. Ia tidak berinteraksi dengan Tuhan dan juga tidak memahami hukum-hukum agama. Ia tidak berhubungan dengan akhirat dan juga tidak takut terhadap neraka."

Doktor Moballeghi juga mengulas fenomena Takfiri dari kacamata spikologi dan memperoleh sebuah kesimpulan menarik. Dia percaya bahwa seorang Takfiri terjebak dalam sebuah kesempitan pemikiran, jiwa dan terjangkit Oedipus Kompleks dalam dirinya. Peneliti Islam ini mengatakan, "Seorang Takfiri terperangkap dalam sebuah kondisi kejiwaan yang membuatnya memandang masalah secara sempit. Kelompok Khawarij (pada masa Imam Ali as) juga seperti itu, mereka tanpa alasan telah menyiksa diri dengan perkara dunia dan agama. Padahal agama tidak sulit. Sebenarnya, ajaran Takfiri muncul dari ketiadaan pemahaman yang benar tentang agama."

Seorang Takfiri selain tidak memahami ilmu fikih dan akidah-akidah Islam, juga jauh dari prinsip-prinsip moral. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia termasuk di antara wasiat Rasul Saw dan Ahlul Bait as kepada umatnya, sebab akhlak mulia adalah pelembut jiwa dan hati seseorang. Menurut Doktor Moballeghi, Takfiri adalah dampak dari sikap amoral dan hilangnya prinsip-prinsip akhlak. Fenomena ini dapat disaksikan dalam aksi-aksi mereka yang mengedepankan teror dan kekerasan.

Salah satu motivasi Takfiri terlibat dalam perang dan kekerasan adalah untuk mendapatkan harta. Mereka meskipun mengaku sebagai "pejuang," tapi motivasi untuk memperoleh pendapatan di medan perang juga sangat penting bagi mereka. Pihak asing memberikan uang kepada para teroris Takfiri agar melakukan kejahatan di negara-negara Islam dan menyulut perang saudara di tengah kaum Muslim. Amerika Serikat, Israel, dan beberapa negara Arab menyediakan banyak dana dan senjata kepada kelompok-kelompok Takfiri. Mereka mengundang semua kelompok Takfiri dari seluruh dunia untuk mencegah kemajuan dan persatuan umat Islam.

Takfiri memperoleh dana terbesar dari pemerintah Arab Saudi dan pada dasarnya, mereka dipersenjatai dengan uang minyak Saudi. Seorang analis Amerika, Randy Short dalam wawancara dengan Press TV pada November 2013, menyinggung dukungan Saudi kepada kelompok Takfiri dan mengatakan, "Arab Saudi menggunakan uangnya untuk memutarbalikkan keadilan dan Islam serta menghalangi perubahan sosial. Mereka telah menghabiskan uangnya untuk mensponsori Takfiri di Suriah. Seharusnya mereka menggunakan uang itu untuk masyarakat miskin di Saudi daripada menghancurkan Suriah."

Kucuran dana dan fasilitas lain telah mendorong orang-orang dari berbagai suku bangsa untuk bergabung dengan kelompok Takfiri. Arab Saudi sebagai harapan banyak Muslim, justru mengadopsi kebijakan standar ganda dalam menangani isu terorisme dan konflik di Suriah, Bahrain, Yaman, Irak, dan Lebanon. Pada September 2013, Pusat Riset Militer dan Pertahanan Inggris dalam laporannya menyatakan bahwa sampai saat ini lebih dari 100 ribu teroris dari 83 negara dunia berperang di Suriah. Di antara teroris yang aktif di Suriah terdapat warga negara Eropa seperti Perancis, Jerman, Inggris, Swedia, Amerika, dan Mexico.

Mengenai bahaya kelompok Takfiri, Doktor Moballeghi mengatakan, "Kita perlu tahu bahwa jika narkoba bisa menghancurkan sebuah keluarga, maka Takfiri dapat menghancurkan sebuah umat dan Islam… jika para ulama merekomendasikan sebuah solusi seragam dan menetapkan sebuah dokumen tunggal sebagai parameter untuk bertindak, maka masalah tersebut akan hilang dari dunia Islam. Kita harus mengoptimalkan media dan diplomasi untuk menghancurkan Takfiri." (*)

SUMBER: IRIB

Gerakan Takfiri Internasional~Takfiri Merusak Islam dan Melemahkan Negara Muslim

Arrahmah.com - "Dengan melakukan serangan terorisme ini, kelompok Takfiri berusaha melemahkan pemerintahan Islam dengan menyajikan berbagai gambar terdistorsi melalui opini publik dunia,"
Takfiri
Takfiri

Anggota parlemen Iran mengatakan kelompok teroris Takfiri berusaha melemahkan negara-negara Muslim dan merusak citra Islam melalui serangan terorisme.

"Dengan melakukan serangan terorisme ini, kelompok Takfiri berusaha melemahkan pemerintahan Islam dengan menyajikan berbagai gambar terdistorsi melalui opini publik dunia," kata Abbass Ali Mansouri di Komite Majlis Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Selasa, 17/12/13.

Anggota parlemen Iran itu menambahkan, kelompok Takfiri di Irak, Suriah dan Libanon adalah produk Israel dan Amerika Serikat.

Mansouri juga mengutuk serangan terbaru pada sekelompok teknisi Iran di Irak dan mendesak negara-negara Muslim dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mengambil tindakan terhadap kegiatan teroris kelompok Takfiri.

Pada tanggal 13 Desember, sekelompok Takfiri bersenjata bertopeng menembak mati 20 warga Iran lima diantaranya adalah teknisi pipa gas Irak dekat desa Balad Ruz terletak sekitar 80 kilometer (50 mil) timur laut dari ibukota Irak, Baghdad.

Para korban itu di serang saat bekerja pada pipa yang diproyeksikan untuk membawa gas alam dari Iran ke Irak.

Menuurt Mansouri, serangan teroris itu dilakukan oleh kelompok Takfiri dan tidak akan merusak hubungan antara Iran dan Irak.

Sementara itu, Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki telah membentuk panitia khusus untuk menyelidiki insiden mematikan itu. [*]

SUMBER: ISLAMTIMES

Palestina vs Zionis~Israel Ancam Perangi Jalur Gaza Lagi

Arrahmah.com  - "Jika serbuan roket dari Gaza terus berlanjut, kita tak punya pilihan selain masuk ke dalam untuk menghilangkan Hamas dan memungkinkan Otoritas Palestina mendapatkan kembali kendali atas Jalur Gaza," kata Steinitz.
F-16 Zionis Israel.jpg
F-16 Zionis Israel.jpg

Israel kembali mengeluarkan ancaman perang terhadap Jalur Gaza dan mengatakan, roket yang ditembakkan dari wilayah Palestina menjadi alasan kuat bagi Tel Aviv untuk menyerang daerah itu.

Menteri Intelijen Israel, Yuval Steinitz pada hari Sabtu (1/2/14) mengatakan Tel Aviv harus segera menyerang Gaza dan menghancurkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

"Jika serbuan roket dari Gaza terus berlanjut, kita tak punya pilihan selain masuk ke dalam untuk menghilangkan Hamas dan memungkinkan Otoritas Palestina mendapatkan kembali kendali atas Jalur Gaza," kata Steinitz.

Ini adalah ancaman kedua pejabat tinggi Israel dalam sebulan terakhir ini.

Akhir Desember 2013, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengancam akan menyerang Jalur Gaza setelah militer rezim meluncurkan beberapa serangan udara di Kota Gaza.

Eskalasi terus meningkat karena Israel telah mengintensifkan serangan udara dan darat terhadap daerah pesisir itu.

Pada hari Jumat (31/1/14), 10 orang terluka setelah pesawat tempur F-16 Zionis melakukan tiga serangan udara di bagian utara, timur dan selatan wilayah Palestina.[*]
 
SUMBER: ISLAMTIMES

Bid’ah Itu Apa Sih?

quran-androidArrahmah.com - Banyak orang yang ‘galak’ dan sedikit-sedikit mengecam bid’ah. Dan kata mereka, bid’ah itu syirik, bahkan pelakunya mereka kafir-kafirkan. Bid’ah itu, konon ‘segala sesuatu perbuatan yang tidak dicontohkan Nabi, sehingga tidak boleh dilakukan oleh umat sepeninggalnya’.

Benarkah demikian? Secara logika saja, terasa aneh. Betapa banyak perbuatan yang dulu tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW, tetapi kita lakukan sekarang. Misalnya, baca Quran dengan iPad atau tablet; atau sholat di atas pesawat terbang (musafir). Ya kan?

Para penuntut ilmu yang pernah mengkaji ilmu Ushul Fiqih tentunya mengetahui bahwa perkara-perkara yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad SAW itu TIDAK OTOMATIS menjadi haram.

Adapun dalilnya antara lain adalah:

1.Dalam Ushul Fiqih, dalil yang menunjukkan larangan ditunjukkan dengan tiga hal:
a.Shighot Nahi, (bentuk kalimat larangan) seperti :
-Dan janganlah kalian mendekati zina
-Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.
Larangan dengan sighot Nahi tsb berindikasi Haram namun terkadang bisa berindikasi Makruh.

b.Lafadz Tahrim, (lafazh yang menunjukkan keharaman ) seperti :
Diharamkan atas kalian bangkai

c.Dzammul Fi’li (adanya celaan atas perkara tersebut, atau adanya ancaman siksa bagi pelakunya), contoh :
Barang siapa memalsukan maka ia bukan termauk golonganku .

2.Firman Allah SWT dalam al-Quran :
“Apa yang diberikan Rasul bagimu terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS Al Hasyr:7)

Dari ayat di atas, perkara yang harus kita jauhi adalah perkara yang dilarang Rasulullah, dan bukan perkara yang ditinggalkan Rasulullah, karena Allah tidak menyatakan [dan apa yang ditinggalkan Rosul maka tinggalkanlah]. Artinya, kalau sudah jelas dilarang, maka itu yang tidak boleh kita lakukan. Bila tidak ada larangan apapun, meski Rasulullah tidak pernah melakukannya, kita boleh saja melakukan. Misal, Rasulullah tidak melarang naik pesawat terbang, tapi beliau tidak pernah naik pesawat terbang. Artinya, kita boleh dong, naik pesawat.

3.Rasulullah SAW bersabda :
“Apa-apa yang aku cegah atas kalian maka jauhilah (tinggalkanlah), dan apa-apa yang aku perintahkan pada kalian kerjakanlah semampu kalian “ (HR. Bukhori Muslim)
Sebagaimana ayat di atas (pada point 2) dalam hadits di atas Rasulullah SAW tidak mengatakan [dan apa-apa yang aku tinggalkan maka jauhilah].

4.Rasulullah SAW bersabda :
“Dan apa yang telah dihalalkan Allah Swt maka dia adalah halal, dan apa yang telah diharamkan Allah maka dia adalah haram, sedang apa yang Allah diam darinya (tidak membicarakannya) maka dia adalah boleh” (HR, Abu Dawud, Al Baihaqi)

5.Para Ulama’ Ushul mendefisikan sunnah adalah: perkataan, perbuatan, dan atau ketetapan Rasululloh SAW. Dan mereka tidak mengatakan at-Tark (apa yang ditinggalkan Nabi) termasuk sunnah.

Jika sudah mengetahui ilmunya, tetapi kemudian masih bersikap keras kepala mengharamkan setiap perkara yang tidak dilakukan / tidak dicontohkan Nabi Muhammad SAW, maka mereka adalah termasuk para penjahat yang melakukan kejahatan terbesar, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

“Sebesar-besar kejahatan muslimin (pada muslim lainnya) adalah yang mempermasalahkan suatu hal yang tidak diharamkan, namun menjadi haram sebab ia mempermasalahkannya” (Shahih Bukhari)


(Dikutip dari islam-institute.com)

diambil dari: LIPUTANISLAM

Hizbullah Gelar Manuver Hadapi Takfiri di Dahiya, Beirut

Arrahmah.com - Hizbullah, Lebanon menggelar manuver militer sebagai upaya pencegahan dan untuk menghadapi aksi-aksi teror di negara itu.

Media-media Lebanon, hari ini, Rabu (29/1) mengumumkan, Hizbullah menggelar sebuah manuver militer di Dahiya, Selatan Beirut. Dalam manuver itu pasukan Hizbullah berlatih mencegah terjadinya aksi-aksi teror, menghadapi para teroris Takfiri pelaku peledakan, membantu korban dan melindungi warga Lebanon.

Dalam beberapa hari terakhir, setelah rencana beberapa aksi teror secara bersamaan di Dahiya, Beirut terungkap, Hizbullah menggelar manuver ini.

Omar Al Atrash, Syeikh Takfiri yang dituduh terlibat dalam sejumlah aksi teror dan saat ini berada di tangan militer Lebanon, mengakui serangan teror yang dilakukan terhadap Hizbullah dan wilayah Dahiya, Selatan Beirut.

Sumber-sumber Hizbullah, Lebanon menekankan, perang melawan Takfiri adalah kewajiban nasional dan tidak terbatas pada satu kelompok atau mazhab tertentu saja. Menurut mereka manuver tersebut sukses dilaksanakan. 


Wilayah-wilayah Lebanon termasuk Dahiya di Selatan Beirut akhir-akhir ini terus menjadi sasaran ledakan-ledakan teror, akibatnya ratusan orang tewas dan terluka. (*)

SUMBER: IRIB

Hubungan Sunni-Syiah, Damai dalam Perbedaan yang Dialogis

Arrahmah.com ~ Akhir-akhir ini kita dibingungkan dengan slogan yang bermacam-macam terhadap Syiah. Entah dengan slogan "Syiah Kafir", "Syiah Sesat Menyesatkan", atau bahkan "Syiah Bukan Islam". Dan yang sedang gencar digalakan oleh saudara-saudara kita dari Salafi-Wahabi adalah membagi-bagikan gratis sebuah buku tentang kesesatan Syiah yang diatasnamakan fatwa resmi MUI. Lalu bagaimanakah sebenarnya sikap para ulama kita terhadap Syiah?

A.    Pernyataan Para Ulama Sunni terhadap Syiah

1.    Risalah Amman, “Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat madzhab Ahlussunnah (Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali), dua madzhab Syi’ah Ja’fariyyah dan Zaidiyyah, madzhab Ibadhiyyah dan madzhab Dzahiriyyah adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf  (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati.” (ammanmessage.com)

2.    Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat): “Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam.” (rakyatmerdekaonline.com)

3.    Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj (Ketua Umum PBNU): “Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. Di universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat.” (tempo.co)

4.    Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah): “Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama Muslim.” (republika.co.id)

5.    KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur): “Syiah itu adalah NU plus imamah dan NU itu adalah Syiah minus imamah.”

6.    Prof. Dr. Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah/Ketua MPR RI ): “Sunnah dan Syiah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.” (satuislam.wordpress.com)

7.    Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): “Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan, dari masa sahabat, karenanya akidahnya sama, al-Qurannya dan nabinya juga sama.” (republika.co.id)

8.    Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah): “Kalau Syiah di kalangan madzhab, dianggap sebagai madzhab kelima.” (okezone.com)

9.    Marzuki Alie (Ketua DPR RI): “Syiah itu madzhab yang diterima di negara manapun di seluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syiah adalah aliran sesat.” (okezone.com)

10.    KH Nur Iskandar SQ (Ketua Dewan Syuro PPP): “Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah.” (inilah.com)

11.    KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia): “Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermadzhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.” (tempointeraktif)

12.    Syaikh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama Sunni mengatakan: “Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai madzhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak: “Tidak ada Sunni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka: “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah!” Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah-belah. Bisakah Anda membayangkan, kita Sunni adalah 90% dari Muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”

B.    Kisah Teladan Syaikh Ahmad Deedat dengan Ulama Syiah, Dakwah Sejuk Tanpa Caci-maki

Alkisah, suatu hari pernah diadakan diskusi antara 7 ulama Syiah dengan 7 ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Di tempat dan waktu yang terbatas, ulama-ulama Syiah telah hadir. Namun tak ada satu pun ulama Ahlussunnah yang datang.

Tiba-tiba masuklah seseorang dengan membawa sepatu di bawah ketiaknya. Ulama Syiah terheran-heran, kemudian mereka bertanya: “Kenapa kamu membawa sepatumu?”

Orang itu pun menjawab: “Saya tahu bahwa orang Syiah itu suka mencuri sandal di zaman Rasulullah Saw.”

Ulama Syiah saling pandang terheran-heran. Lalu mereka berkata: “Tapi di zaman Rasul belum ada Syiah.”

Orang itu menjawab lagi: “Kalau begitu diskusi telah selesai. Dari manakah datangnya ajaran agama kalian kalau di zaman Rasulullah Saw. tidak ada Syiah?”

Orang yang datang membawa sepatu tersebut adalah Syaikh Ahmad Deedat.


Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 29 Januari 2014

Derita Dua Kota Syiah yang Dikepung di Suriah

kota nabal zahraArrahmah.com — Sebelum ini ada berbagai laporan tentang dua kota Syiah bernama Nabal dan Zahra di Suriah. Penduduk dua kota ini dikepung selama 730 hari hingga kini oleh pasukan pemberontak. Satu-satunya kesalahan mereka adalah status mereka sebagai Syiah, yang merupakan dosa tak terampuni bagi pemberontak. Kebutuhan-kebutuhan paling mendasar sekalipun tak bisa diperoleh mereka.

Dokumen-dokumen menunjukkan, dua kota terlupakan ini telah mengalami banyak penderitaan hingga kini. Hadi, salah satu warga yang berhasil lolos dari kepungan, berkata bahwa pasca jatuhnya Aleppo dan dikuasainya Ghazi Antab oleh pemberontak, dua kota ini dikepung karena motif perbedaan mazhab.

Hadi mengatakan, ”Awalnya, warga hanya kesulitan mendapat makanan. Tapi kemudian, hampir semua barang menjadi langka. Kami mencatat banyak kematian anak-anak akibat kekurangan makan di masa itu.”

Tiga bulan setelah pengepungan, sebuah perlintasan menuju keluar dibuat di kawasan Ifrin. Hingga dimulailah penyelundupan bahan makanan ke dua kota Syiah ini melalui jalan tanah. Banyak dari warga yang membawa makanan melalui perlintasan ini dengan risiko nyawa mereka.

Kondisi ini tak berlangsung lama. Aliansi kaum Kurdi di utara Suriah dengan pemberontak menyebabkan jalur ini tertutup kembali. Beberapa lama kemudian, pemerintah Suriah memperbaiki hubungan dengan kaum Kurdi dan membawa pengaruh positif bagi warga dua kota ini. Dengan dimulainya pertempuran antara kaum Kurdi dan pemberontak di Hay Ashrafiyah, jalur penyelundupan ini kembali terbuka. Warga lalu memanfaatkannya sebagai sumber tunggal mendapatkan bahan makanan, meski dengan harga yang sangat mahal. Bahan makanan yang diperoleh pun hanya terbatas dan tidak mencukupi semua kebutuhan warga.

Ummu Raghib, seorang warga lain kota ini, juga bercerita tentang derita selama pengepungan. Ia berkata, ”Pengepungan ini terus berjalan dan membuat kami terpaksa memakan rerumputan di atas kendaraan kami. Anak-anak kami mati kelaparan. Cucu saya sendiri mati di depan mata saya. Dia berjuang selama sebulan lebih melawan rasa lapar, tapi dia baru berusia 11 bulan dan tak kuat menahan lapar hingga akhirnya mati.” Sambil tersenyum dan mengusap air mata, Ummu Raghib berkata, ”Dengan berkah Sayyidus Syuhada, kami menganggap dia mati syahid.”

Tentang musibah yang menimpa 63 wanita kota ini, Rabi`, seorang pemuda berusia 17 tahun, berkata, ”Jika mereka telah syahid, kami akan menziarahi kubur mereka dan tiap pagi membacakan Fatihah buat mereka. Tapi kami tak tahu nasib mereka sekarang.” Dia bercerita bahwa kadang kala, warga kotanya diculik. Kasus terbaru adalah diculiknya 63 wanita dan anak-anak oleh kaum pemberontak. “Mereka dibawa dengan bis menuju kawasan-kawasan yang diduduki pemberontak,” jelasnya.

Abu Muhammad mengatakan, ”Jika kami tidak mati kelaparan, kami akan mati oleh peluru dan mortir. Kematian bukan sebuah hal aneh bagi kami. Tiap hari, kami melihat korban yang tewas akibat tembakan mortir di rumah-rumah. Kebanyakan mereka adalah anak-anak. Bertahun-tahun lalu, kami hidup bersama dengan tetangga kami dari kalangan Ahlussunnah. Sebelum kemunculan Front An-Nusra dan ISIL, kondisi tidak seburuk ini. ISIL-lah yang memfatwakan pengepungan kami.”


Dia menyatakan, ratapan anak kecil dan wanita adalah senandung kematian yang mengalun tiap pagi di gang-gang kota ini.(ABNA)

SUMBER: LIPUTANISLAM

Rouhani: Masa Depan Suriah di Tangan Rakyatnya


Arrahmah.com - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat memutuskan masa depan negara mereka melalui pemilu.
Rouhani: Masa Depan Suriah di Tangan Rakyatnya
presiden iran- Hassan Rouhani







Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa hanya rakyat Suriah yang dapat memutuskan masa depan negara mereka melalui pemilu.

Presiden Rouhani pada Jumat (24/1/14) mengatakan bahwa kalau ada yang berpikir bahwa mereka dapat memutuskan masa depan rakyat Suriah dari luar, maka mereka telah membuat kesalahan.

"Masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyatnya. Medan dan tanah negara harus disiapkan, sehingga tuntutan rakyat dapat terpenuhi dalam pemilihan umum yang bebas, "ujar Rouhani.

Presiden Iran membuat pernyataan di Airport Mehrabad Teheran, setalah ia datang dari pertemuan World Economic Forum (WEF) di kota Davos, Swiss.

Rouhani juga menyatakan bahwa krisis di Suriah hanya dapat diselesaikan jika ada tekad bulat untuk melawan terorisme di negara itu, dan menekankan untuk menangani kebutuhan kemanusiaan bangsa Suriah dan mempersiapkan dasar untuk dialog antara pemerintah Suriah dan oposisi.

Presiden Iran menunjuk konferensi internasional yang sedang berlangsung di Jenewa dan berkata, " Saya tidak berpikir krisis Suriah dapat diselesaikan melalui konferensi tersebut.(*)

SUMBER: ISLAMTIMES


Al-Qaeda di Libanon Ancam Hizbullah

Arrahmah.com - "Pangkalan dan benteng Hizbullah adalah target sah bagi kami, di manapun mereka berada," kata pernyataan itu.
Ahmad al-Assir, pemimpin Takfiri Lebanon
Ahmad al-Assir, pemimpin Takfiri Lebanon








Kelompok al-Qaeda di Libanon mengeluarkan ancaman terhadap gerakan perlawanan Hizbullah.

Kelompok Front al-Nusra di Libanon mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting online hari Jumat (24/1/14) bahwa mereka akan melanjutkan serangan terhadap Hizbullah.

"Pangkalan dan benteng Hizbullah adalah target sah bagi kami, di manapun mereka berada," kata pernyataan itu.

Pernyataan kelompok teroris itu muncul tiga hari setelah mereka mengaku bertanggung jawab dalam serangan bom mobil yang menewaskan empat orang dan melukai banyak lainnya di daerah Haret Hreik, pinggiran selatan Beirut.

Beirut dilanda beberapa serangan bom mematikan dalam beberapa bulan terakhir ini.

Setidaknya 25 orang, termasuk atase kebudayaan Iran untuk Beirut, Hujjatoleslam Ebrahim Ansari, tewas dan 150 lainnya terluka bulan November 2013 setelah dua ledakan menghantam kawasan sektar Kedubes Iran di Beirut selatan. Brigade Abdullah Azzam, 
mengaku bertanggung jawab dalam serangan tersebut.[*]
http://www.islamtimes.org/images/docs/files/000344/nf00344742-1.jpg

SUMBER: ISLAMTIMES

Pentingnya Keilmuan dan Akhlak Menurut Imam Khomeini ra


Suatu hari kami bersama sejumlah ulama besar Qom menemui Imam Khomeini ra. Dalam pertemuan itu ada pembicaraan tentang Hauzah Ilmiah Qom. Seorang ulama besar Qom yang dihormati semua orang berkata kepada Imam Khomeini ra agar beliau memperhatikan Hauzah Ilmiah Qom.


Pada waktu itu Imam menjawab, "Hal yang seperti itu tidak terlalu penting. Selama kalian memperhatikan dua unsur penting di Hauzah Ilmiah Qom, maka semua akan beres; pertama adalah kelimuan, saya pikir ucapan beliau waktu itu demikian, kalian harus waspada sehingga api keilmuan tidak sampai padam, dan kedua akhlak dan mensucikan diri. Selama kita mensucikan diri, maka kita akan mampu meletakkan diri kita untuk melayani Islam dan negara Islam. Tapi bila kita tidak melakukannya, maka apa saja yang kita miliki tidak akan dapat melayani Islam, bahkan mungkin saja yang terjadi adalah sebaliknya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Madhe Khourshid; Gozideh-i az Khaterat Hazrate Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Darbare-ye Shakhsiyat-e Imam Khomeini ra, Rahbar-e Kabir-e Engqhelab Eslami, Entesharat Enqelab Eslami, 1391 HS, Tehran, cetakan pertama.

SUMBER: IRIB

Kiai Sahal : Negara Jangan Intervensi Agama

29980_620 Arrahmah.com, Pati– Ketua Umum Suriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Sahal Mahfudz meninggal dunia pada Jumat, 24 Januari 2014 dinihari. Kiai kharismatik yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini meninggal pada usia 77 tahun di kediamannya, kompleks Pesantren Maslakhul Huda, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Beliau sempat dirawat di RS Kariadi Semarang, Jawa Tengah, karena gangguan jantung dan paru-paru yang sudah lama dideritanya.
Kiai Sahal terlahir dengan nama Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd Salam Alhajaini dari pasangan Kiai Mahfudz bin Abd Salam Alhafidz dan Hj Badi’ah. Ia lahir di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, pada 17 Desember 1937. Kiai Sahal merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.
Kiai Sahal lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren dan mengabdi di pesantren. Kiai yang dikenal dengan pemikiran fikih sosialnya ini pertama kali terpilih sebagai Ketua Rais Aam dalam Muktamar XXX NU di Lirboyo, Kediri, 26 November 1999.
Dedikasinya kepada pesantren, masyarakat, dan ilmu fikih tidak pernah diragukan. Ia menguatkan tradisi dengan ketundukan mutlak pada ketentuan hukum dalam kitab-kitab fikih ditambah keserasian dengan akhlak yang diajarkan dari ulama tradisional. Dalam istilah pesantren, semangat tafaqquh (memperdalam pengetahuan hukum agama) dan semangattawarru’ (bermoral luhur).
Minat baca Kiai Sahal sangat tinggi. Terbukti beliau punya koleksi 1.800 buku di rumahnya. Meskipun orang pesantren, bacaannya cukup beragam, seperti tentang psikologi hingga novel detektif. Walhasil, belum genap berusia 40 tahun, dirinya telah menunjukkan kepintarannya dalam forum fikih. Ia juga pernah dianugerahi gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dalam bidang pengembangan ilmu fikih serta pengembangan pesantren dan masyarakat pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kiai Sahal adalah pemimpin pesantren Maslakul Huda Putra sejak 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya, K.H. Mahfudz Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kiai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU. Sikapnya yang menonjol ialah mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya melalui pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Kiai Sahal juga menegaskan, sejak awal berdirinya NU, warga NU yang merupakan bagian dari masyarakat madani berada pada kutub yang berseberangan dengan negara. Kiai Sahal mencoba mempertahankan tradisi tersebut. Saat itu, konteksnya adalah naiknya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden RI.
Dia pun menyatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam hal agama. Menurut dia, pemerintah sebagai pengayom memang bertanggung jawab, berhak, dan berkewajiban membina, memberi fasilitas untuk semua agama, tapi jangan intervensi terlalu jauh sebab itu hubungan manusia dengan Tuhan.
Perihal Pancasila, dia menyatakan itu bukan ciri, tetapi visi. “Identitas artinya ciri intrinsik yang melekat pada sesuatu yang dicirikan. Identitas bangsa banyak dibicarakan orang, tetapi tidak banyak dikupas. Bila identitas bangsa sudah ditetapkan, daerah boleh memiliki ciri khasnya dengan koridornya tetap identitas bangsa.
Kiai Sahal menikah dengan Hj Nafisah binti KH Abdul Fatah Hasyim, pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang pada 1968. Pasangan ini memiliki putra bernama Abdul Ghofar Rozin.
Sumber : tempo
SUMBER: satuislam

Kelompok Teroris DIIS Akan Segera Membom Kota-Kota Turki

Sumber-sumber di Suriah menyatakan, para teroris anggota kelompok Daulah Islam fi Iraq wa Syam (DIIS) dalam waktu dekat akan melancarkan serangan bom di Turki.

Tasnim News (23/1) mengutip Al-Qods Al-Arabi melaporkan, para teroris DIIS akan segera melancarkan serangan bom di kota dan wilayah perbatasan Turki.

DIIS akan menarget kota yang berpopulasi besar di wialyah perbatasan antara Turki dan Suriah. DIIS akan mengguankan bahan peledak C-4. (*)

SUMBER: IRIB

Absurditas Takfiri

Inilah Takfiri. Mereka percaya pada hal-hal yang sama sekali sulit dijelaskan. Mereka percaya pada konspirasi global untuk membabat mereka, melalui anasir internal dan eksternal.

Pertanyaan: Mengapa kita harus percaya pada hukum kausalitas? Mengapa kita mesti percaya bahwa sebab A akan melahirkan akibat A dan demikian seterusnya?

Baik. Kita ambil sederhananya saja: Sebab hanya melalui kausalitas inilah kita dapat memahami alam beserta segenap gejala dan peristiwa di dalamnya. Tanpa hukum ini nyaris mustahil kita memaknai dan memahami apapun. Segalanya menjadi tak berarti, acak-acakan, berantakan, buram, leleh dan rembuh rembai. Bak orang bercermin di kaca yang rengat atau melihat pemandangan yang sangat kabut. Tanpa hukum alam ini mungkin kita bakal mendinginkan tubuh justru dengan api atau menggoreng roti dengan air.

Nah, mereka yang memandang dunia seperti itu melihat segalanya buram dan tak ada fokus. Biasanya orang seperti ini bakal mati-matian menegaskan yang tidak tegas, meyakin-yakinkan sesuatu yang mereka bayangkan dan melakukan sugesti yang kuat agar dapat meraba-raba keburaman yang terpaksa dia lalui. Jika Anda mendengar pernyataan atau membaca tulisan mereka, maka Anda seperti sedang menyelami lautan gelap di negeri antah berantah yang tidak bertepi. Logika nyaris tidak bermakna di sana, seperti tidak bermaknanya usaha mengajak bicara umbi-umbian. Manusia waras takkan mampu memasuki dunia ini kecuali ikut larut dalam kegilaannya. Inilah intisari jahiliah. Allah pun menyuruh Nabi-Nya dan kaum beriman untuk segera berpaling dari mereka, demi keselamatan jiwa dan raga mereka. Allah berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (jahil).” (QS. 7: 199).

Nah, Celakanya, golongan wahhabi takfiri tak percaya pada hukum sebab-akibat ini, satu-satunya hukum yang bisa menjelaskan apapun di alam ini, sehingga mereka terjatuh dalam jurang kebodohan secepat meteor melesat. Mereka percaya pada sesuatu yang sama sekali tak bisa dijelaskan oleh akal sehat, falsafah hidup atau pandangan agama lurus manapun. Mereka percaya bahwa Allah sedemikian dekat dengan mereka. Bahwa Allah telah memberikan seluruh kekuatan-Nya pada mereka, tanpa perlu ada usaha apa-apa kecuali berteriak memanggil-manggil asma-Nya. Bahwa seluruh alam ini tunduk pada kemauan mereka seperti semuanya tunduk pada-Nya. Bahwa keinginan mereka adalah keinginan-Nya. Bahwa sekalipun fakta tidak menunjukkan realisasi keinginan mereka maka selalu ada tafsir, takwil dan ilusi yang bisa menjelaskannya. Bahwa mereka itu juga merupakan manusia-manusia yang telah sampai pada tingkat keimanan yang setara dengan Nabi Muhammad atau setidaknya para sahabat terdekat beliau. Bahwa wahyu Allah yang turun untuk Nabi Muhammad juga turun untuk mereka. Bahwa mereka adalah para sahabat Nabi yang paling dekat dan setia. Bahwa ucapan dan perilaku mereka setara dengan Sunnah. Dan akhirnya mereka percaya bahwa bantuan Allah pada Nabi Muhammad untuk menegakkan kalimat dan agama-Nya dengan berbagai mukjizat itu juga akan berlaku pada mereka. Seluruh dunia akan mereka taklukkan dengan teriakan takbir yang selantang dan sekeras yang bisa didengar telinga manusia biasa.

Inilah Takfiri. Mereka percaya pada hal-hal yang sama sekali sulit dijelaskan. Mereka percaya pada konspirasi global untuk membabat mereka, melalui anasir internal dan eksternal. Anasir internal terdiri atas kaum Muslim yang agamanya, menurut mereka, telah tercemar berbagai bid’ah, kesesatan dan ujungnya -- lagi-lagi menurut mereka -- adalah syirik. Para penganut mazhab Syiah dan tarekat-tarekat Sufi adalah yang paling mereka benci, bahkan dalam bahasa mereka lebih berbahaya daripada zionis Israel atau kafir manapun.

Lalu di balik musuh dalam selimut ini ada pula yang mereka gambarkan sebagai musuh-musuh di luar selimut yang tak habis-habisnya membenci Islam dan berhasrat membantai semua Muslimin sehingga harus ditanggapi dengan pedang dan hanya dengan pedang semata. (Catatan: bagi takfiri seorang tidak dianggap Muslim meskipun telah menyatakan diri sebagai Muslim dan bersaksi akan keesaan Allah dan Muhammad sebagai Nabi terakhir-Nya ).

Selanjutnya, tatkala mereka tak menemukan cara untuk mengalahkan musuh-musuh luar mereka, seperti Israel dan Amerika Serikat yang menjajah mereka, maka mereka akan mencari dalih—yang tentu saja selalu tersedia bagi mereka yang tak percaya logika dan konteks—untuk mempersalahkan situasi sekitar dan, ini yang ironis, memeranginya. Dan dengan alasan inilah rezim Saddam dan sejumlah raja Arab dengan mudah menggelandang mereka untuk berperang dengan Iran selama 8 tahun. Gagal mencapai apapun dari perang terpanjang abad 20 itu, mereka pun mencari-cari musuh yang lebih dekat lagi. Kali ini mereka mengobarkan perang dengan kelompok-kelompok Sunni yang semazhab dengan mereka. Perang saudara pun meletus di tahun awal 80-an di Suriah dan 90-an di Aljazair dengan bahan bakar utama yang bernaung di bawah metonim salafisme takfiri ini. Sekian lama berperang melawan musuh bayangan yang tidak terlihat dan memakan ratusan ribu korban, rezim Assad Senior berhasil mengalahkan mereka demikian pula rezim militer Aljazair.

Di saat kegagalan sudah di depan mata, mereka memberangus udara kebebasan rakyat Afghanistan yang baru saja direbutnya dari Uni Soviet. Sebuah rezim misogonistik dan drakonian Taliban pun berdiri dengan ilusi kembali ke masa 1.400 tahun silam, tanpa sedikitpun memperhatikan konteks, logika dan hukum sebab-akibat. Dan manakala segalanya tampak tidak berjalan sesuai waham mereka, maka sekonyong-konyong kelompok ini meledakkan menara kembar WTC di New York.

Ribuan warga sipil AS mati di tengah sorak-sorai takfiri di seluruh dunia, terutama di Afghanistan. Otak cupet mereka mengkhayalkan bahwa dengan serangkain aksi bunuh diri maka dunia Barat akan hancur berkeping-keping dan 1 milyar lebih Muslim dunia akan tertunduk kagum mendukung mereka. (Catatan: tentu saja asumsi ini tidak bertentangan dengan sejumlah teori konspirasi yang menyatakan banyaknya kejanggalan dalam tragedi 11 September tersebut. Namun demikian, pikiran yang muncul dalam benak takfiri sama sekali tidak bersandar pada teori konspirasi atau teori apapun juga. Semuanya hanya berputar pada hampanya kekosongan otak mereka).

Apa yang terjadi kemudian di alam nyata? Dunia Barat di bawah komando AS memburu mereka mereka di seluruh dunia, termasuk ke lobang-lobang gua persembunyian mereka di pegunungan Afghanistan. Satu demi satu tokoh mereka mati. Mereka tak berhasil melakukan apa pun kecuali berdusta dan menabur nubuat-nubuat kemenangan tentang mujahidin yang bakal mengibarkan bendera-bendera hitam menyambut ’Imam Mahdi’. Puncaknya, Afghanistan hingga hari ini luluh lantak diterpa badai perang saudara. Belum ada hasil apapun di Afghanistan, para takfiri ini kembali berjejal menyesaki Irak. Menghadapi invasi militer asing, kaum takfiri tak punya orientasi yang jelas--segalanya seperti buram di depan mereka. Alih-alih mengerahkan seluruh tenaga untuk melawan invasi asing tersebut, mereka malah memunculkan bahaya ’kebangkitan rofidhoh Syiah’ Irak, yang, dalam banyak kesempatan, juga mereka sebut sebagai ’agen AS dan Iran’.

Bisa dibayangkan apa hasilnya? Konflik horisontal meletup di mana-mana, dengan dalih mempertahankan eksistensi mazhab Sunni menghadapi mayoritas Syiah Irak. Hasilnya, Syiah justru menguat dan merebut pucuk pimpinan pemerintahan lewat proses pemilu yang demokratis. Aksi-aksi bom bunuh diri mereka yang pada tahun 2013 lampau saja telah merenggut 8.000 nyawa, sampai detik ini, tak berdampak apa-apa. Tak ada perubahan peta politik atau kemenangan dalam makna yang konkret. Warga Syiah Irak kian rajin mengekspresikan diri dalam berbagai bidang, termasuk dalam ritual yang menyakitkan hati kaum takfiri seperti ziarah kubur dan tawasul. Teror bom bunuh diri pun perlahan-lahan menjadi rutinitas hidup sehari-hari bagi kebanyakan warga Irak. Tidak ada lagi orang Syiah yang ketakutan dan kalang kabut menghadapi ledakan bom, di mana pun dan kapan pun.

Tentu saja, kegagalan sistemik ini tidak berarti apa-apa bagi golongan orang yang tidak mengakui kausalitas, menolak logika dan melepaskan diri dari konteks. Selama ada orang bodoh di bumi ini, selama itu pula ideologi anti-akal ini dapat bertahan dan mungkin tumbuh merekrut ribuan calon pelaku bunuh diri. Meski demikian, selaras dengan watak ideologi anti akal dan kewarasan in, mereka takkan pernah mampu mengumpulkan jumlah manusia yang cukup signifikan untuk dapat disebut mayoritas, di mana pun juga. Bahkan, pertumbuhan jumlah penganut ideologi ini akan berbanding terbalik dengan kemampuannya bertahan dalam ekstremitas dan absurditas, sebagaimana dapat kita lihat dalam situasi terkini di Suriah.

Seperti kita ketahui, tahun 2011 lalu Timur Tengah menyaksikan serangkain pergolakan yang disebut-sebut dengan Musim Semi Arab. Di Libya bau amis darah menjadi magnit bagi kaum takfiri untuk berbondong-bondong datang dan mengobarkan jihad. Konon mereka mencita-citakan semacam khilafah Islam global dari Tonja Jakarta. Namun sialnya, sampai detik ini konflik bersenjata masih terjadi di Libya di antara faksi-faksi takfiri ini sendiri.

Pada saat wabah krisis menjalar ke Suriah dan melahirkan siklus kekerasan yang menelan lebih dari 200.000 nyawa, kelompok penganut ideologi waham takfiri dari 80-an negara itu pun berduyun-duyun menjamur di bumi Syam. Kali ini, hasrat membunuh, membantai dan memamerkan aksi-aksi masokis dan sadistik mereka dijustifikasi oleh dugaan ’kebrutalan’ rezim Assad.

Mula-mula mereka mengira akan meraih kemenangan ekspres.

Faktanya, kemenangan melawan militer Suriah yang didukung oleh aliansi geopolitik yang kuat takkan pernah mudah diraih. Ratusan ribu korban berjatuhan tapi tampaknya kian hari pemerintahan Suriah di bawah Assad tampak kian kebal. Sialnya, waham meraih kemenangan kilat yang tak kunjung datang, membuat mereka makin merayang dan menolak kausalitas. Bumbu berbagai nubuat dari hadis-hadis yang tak pernah melalui proses verifikasi ilmiah yang mumpuni, yang telah mereka guyur ke seantero dunia Islam, seperti tak mempan membuat kemajuan apa-apa. Teriakan takbir dan waham superioritas mereka atas seluruh kelompok manusia lain bak menggantang asap mengukir langit. Dan puncaknya, mereka yang merasa selalu dekat dengan Allah karena telah “berjihad” di jalan-Nya, mulai curiga pada sekelilingnya. Pada saat inilah mereka mulai saling bunuh dan saling gorok.

Faksi-faksi paramiliter yang bergabung Al-Daulah Al-Islamiyyah fi Al-Iraq wa Al-Syam (yup, tak salah jika disingkat menjadi “Daesy”) akhirnya berperang habis-habisan melawan faksi-faksi paramiliter yang bergabung dengan Jabhah An-Nusra dan Jaisy Al-Islam. Kedua belah pihak telah saling mengkafirkan dan menghalalkan darah masing-masing. Aksi-aksi bom bunuh diri yang dulu menyerang target-target militer Suriah kini menyasar markas-markas faksi-faksi militer takfiri sendiri.

Sejak 4 Januari kemarin, perang saudara kembar ini kian sengit. Dalam sepekan saja, perang kanibalistik yang mengubur seluruh jargon tentang revolusi sipil di Suriah itu telah menelan lebih dari 500 nyawa.

Pertanyaannya, mengapa mereka saling menyerang dan membunuh? Di sinilah uniknya ideologi takfiri: jika Anda tak bisa mengalahkan musuh, maka carilah musuh yang paling dekat untuk dapat meningkatkan moral Anda dalam berperang. Dan jika musuh terdekat pun tak bisa dikalahkan, maka carilah musuh yang paling dekat. Dan bila yang terakhir ini pun gagal, padahal Anda yakin dekat dengan Allah dan berjihad di jalan-Nya, maka bunuhlah dirimu, karena hidupmu sudah tidak lagi bermakna.

Kami, manusia waras, menyebut semua proyek ideologi takfiri tersebut sebagai ideologi waham yang lahir dari dunia gelap kejahilan dan diperjuangkan dengan gigih oleh sekelompok orang jumud yang percaya bahwa gelap adalah terang. Jalan mereka menuju kehancuran dan kegagalan, sayangnya, seringkali menyeret sekian banyak manusia yang sebenarnya juga datang dari alam kebodohan. Tentu saja, drama takfiri yang sedang terjadi di Suriah, juga yang sedang terjadi di Irak dan di Afghanistan -- dan juga sedang rajin dimegaphonekan di seluruh Indonesia, bakal berujung pada pelajaran besar bagi manusia normal.

Percayalah pada hukum sebab-akibat. Bukan apanya: ini semua semata agar Anda dapat menjadi manusia pembelajar dan tidak bersikap seperti burung onta yang menenggelamkan kepala di dalam pasit saat dikejar pemangsanya.[*]

SUMBER: ISLAMTIMES